Oleh: Prof Dr Ir Agustinus Purna Irawan, Gregorius Dimas Baskara
KOMPAS.com - Ketika pandemi Covid-19 mulai merebak di seluruh dunia termasuk Indonesia, pemerintah mulai menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kita tentu berpikir bagaimana dengan kelanjutan kehidupan manusia termasuk kita. Semua orang diminta untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah masing-masing.
Pertanyaan mendasar kemudian yang muncul adalah bagaimana dengan produksi dan distribusi makanan, bagaimana energi listrik, gas, air minum, obat-obatan dan lain sebagainya.
Semua kebutuhan hidup harus terus tersedia untuk memenuhi permintaan semua orang yang membutuhkan. Ternyata, kita tetap dapat menikmati semua kebutuhan tersebut dengan baik, meskipun mungkin mengalami beberapa kendala yang berbeda-beda di setiap daerah.
Tentu kita semua harus terus bersyukur dan berterima kasih atas semua hal baik yang terus dapat kita terima dan nikmati, meskipun dalam situasi pandemi Covid-19 yang mudah ini.
Baca juga: Percaya Deh, Sains Itu Seru!
Salah satu bidang yang dibutuhkan sepanjang masa adalah bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Math) atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai sains, teknologi, teknik, dan matematika.
Tidak dapat dimungkiri, orang-orang yang bekerja dalam bidang ini, telah menghasilkan berbagai temuan teknologi maju yang memungkinkan kita menikmati hasilnya bahkan dalam masa pandemi Covid-19 ini.
Tanpa bermaksud mengurangi peran bidang lain yang juga sangat penting dalam kehidupan kita, bidang STEM telah mampu memberikan kita ketenangan dalam menjalankan kehidupan ini, dengan aneka ragam teknologi yang kita nikmati seperti makanan, sadang, papan, transportasi, energi, komunikasi, peralatan kesehatan dan berbagai kebutuhan lainnya.
Namun jika kita perhatikan berbagai data yang telah disampaikan berbagai pihak, di Indonesia saat ini dan tahun-tahun mendatang, diprediksi akan kekurangan tenaga ahli bidang STEM misalnya yang bekerja sebagai insinyur di berbagai disiplin ilmu.
Hal ini juga didukung data dari sejumlah Perguruan Tinggi Swasta dimana mahasiswa bidang STEM secara khusus bidang teknik, sebagian program studi mengalami penurunan jumlah peminat.
Adapun kebutuhan mendatang, diperlukan banyak sekali keahlian bidang keinsinyuran dan jika peminat yang belajar kurang, tentu hal ini dapat akan menjadi salah satu persoalan dalam penyelesaian berbagai kegiatan bidang keinsunyuran di masa mendatang.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah belajar bidang STEM ini memang sulit atau ada faktor lain yang menyebabkan penurunan minat calon mahasiswa?
Jawaban atas pertanyaan ini tentu bervariasi. Ada yang mengatakan belajar STEM memang sulit, biaya pendidikan mahal, keterbatasan akses untuk kuliah, ingin bekerja di bidang yang lebih menyenangkan, ingin bekerja di kantoran, dan aneka alasan lainnya.
Diskusi kecil yang dilakukan dengan beberapa mahasiswa bidang STEM, mengapa mereka tetap berminat untuk kuliah bidang ini dan apakah bidang ini sulit untuk dipelajari, jawabannya sungguh memberikan harapan.