Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Buat dan Pertahankan Kelas Daring Tetap Interaktif saat Pandemi

Kompas.com - 25/09/2020, 09:45 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Salah satu penyebab siswa merasa bosan belajar di rumah adalah pembelajaran yang monoton. Maka dari itu, kondisi pembelajaran semasa pandemi Covid-19 menantang guru agar bisa membuat dan mempertahankan kelas daring tetap interaktif.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) lewat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) dengan REFO Indonesia mengelar Indonesia Edu Webinar untuk pendidik.

Melalui siaran langsung dari YouTube REFO Indonesia, Grace Nathania Clara Sabandar selaku praktisi pendidikan menjelaskan perbedaan pembelajaran konvensional dan interaktif.

Baca juga: Baca juga: Guru, Ikuti Webinar Keterampilan Mengajar Abad 21 dari Kemendikbud

Belajar interaktif merupakan suatu metode yang menekankan pada keterlibatan, ya baik itu keterlibatan siswa dengan siswa, siswa dengan pengajar, juga siswa dengan materi,” jelas Grace pada Selasa (22/9/2020).

Perbedaan pembelajaran konvensional dan interaktif

Dari segi materi dan persiapan, biasanya dosen atau pengajar dalam pembelajaran konvensional masih menggunakan power point untuk menjelaskan topik-topik.

“Sebenarnya saya merasa sedih power point udah dibilang konvensional gitu. Sebenarnya bukan power point-nya yang konvensional, tapi gimana dosen atau pengajar itu mungkin menggunakan power point tersebut,” ujar Grace.

Grace terkadang menemukan pengajar masih menggunakan dokumen presentasi sama untuk waktu lama. Dengan begitu, informasi dalam dokumen tersebut belum tentu diperbaharui.

Sementara itu, pembelajaran interaktif lebih menekankan pada kemudahan memberikan materi presentasi kepada siswa. Misalnya melalui Google Classroom atau Whatsapp.

“Kemudian kita juga menyiapkan kuisnya, polling, ada brain stroming-nya mau ditaruh di mana nih. Open ended question-nya di mana. Itu bisa semuanya dimasukan ke dalam presentasi. Itu harus dipersiapkan dari materi,” kata pengajar bahasa Inggris ini.

Saat belajar, pembelajaran konvensional fokus pada aspek siswa mendengarkan guru mengajar. Namun saat PJJ, Grace menambahkan bahwa guru harus memberikan perhatian lebih karena pengajar tidak bisa langsung bertemu dengan siswanya.

“Kadang-kadang kan kita minta jawab pertanyaan di chat ya. Mungkin cuman beberapa siswa yang jawab, mungkin beberapa lagi tidur, kita kan enggak tahu ya,” tuturnya dalam web seminar bertajuk "Kreatif Membuat Kuliah Daring Jadi Interaktif".

Oleh karena itu, Grace memberikan saran untuk memotong materi relatif banyak menjadi bagian-bagian kecil.

“Kan kalau yang bite sized gitu enak ya. Makannya sedikit-sedikit, tapi pada akhirnya juga banyak. Terus aktivitasnya yang disediakan di antara itu mereka juga bisa berpartitisipasi,” ucap Grace.

Setelah belajar, biasanya guru dalam pembelajaran konvensional akan memberikan kuis atau tugas yang berat untuk memeriksa pengertian siswa.

Baca juga: Kemenag: Ponpes Sulit Belajar Online Terkendala Listrik dan Internet

Akan tetapi, Grace mendapati siswa sedih ketika tugas tersebut tidak mendapatkan nilai atau umpan balik dari pengajar.

Maka dari itu dalam pengajaran interaktif, lebih baik memberikan tugas yang ringan atau sekadar refleksi dari seluruh pembahasan materi.

“Selain itu dosen juga bisa membahas hasil kuisnya secara langsung. Bisa juga memberikan feedback-nya nanti kalau sudah ada tugas yang besar,” tutur Grace.

Pertahankan interaktivitas

Untuk mempertahankan interaktivitas di dalam kelas, Grace memberikan pendapatnya dalam 4 poin di bawah ini.

  1. Fokus di satu topik atau skill.
  2. Harus bisa membagi waktu serta aktivitas dalam pembelajaran agar siswa fokus dan lebih mengikuti materinya.
  3. Memikirkan bagaimana siswa bisa berdiskusi dalam grup, kelas, maupun proyek yang besar.
  4. Usahakan materi presentasi memiliki visual yang enak dipandang.

“Memang sebenarnya mungkin tidak berpengaruh banyak (visual) sama pembelajaran hanya karena menarik jadi siswa ingin ikut serta dalam aktivitas itu,” jelas Grace.

Grace pun berpesan agar pengajar bisa memulai mengubah kelas konvensional menjadi interaktif secara perlahan.

“Mungkin kita bisa start sedikit-sedikit, start small. Dan yang bisa kita start with impact, jadi kita bisa membayangkan siswa kita itu mereka nanti jadi seperti apa. Dan start with passion, apa yang ktia senangi, apa yang kita sanggup lakukan, kita berikan semua buat siswa kita,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com