Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2020, 08:51 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 tak hanya memberi tantangan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pandemi juga mengancam dunia pendidikan secara global.

Setidaknya, 24 juta siswa di dunia kini terancam putus sekolah selama pandemi. Kondisi tersebut dikatakan Direktur Eksekutif United Nations Children’s Fund (Unicef) Henrietta Fore.

"Pada puncak Covid-19, 192 negara menutup sekolah yang menyebabkan 1,6 miliar siswa tidak belajar secara langsung, dan 24 juta anak di antaranya diproyeksikan putus sekolah," papar Fore dalam konferensi video Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), merangkum laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, Jumat (18/9/2020).

Baca juga: Dua Kampus Ini Dominasi Medali Emas di Kompetisi Nasional MIPA 2020

Saat ini, kata dia, sekitar 870 juta siswa, atau setengah dari populasi pelajar di 51 negara dunia belum dapat kembali ke sekolah.

“Semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali,” kata dia. 

Untuk itu, Unicef, UNESCO, dan WHO mendesak pemerintah untuk memprioritaskan pembukaan sekolah ketika pembatasan dicabut.

Fore mengakui, saat pandemi merebak, banyak sekolah beralih ke pendidikan virtual untuk menggantikan belajar tatap muka.

Baca juga: UI Beri Klarifikasi soal Materi Sex Consent di PKKMB Mahasiswa Baru

Sayangnya, banyak pakar pendidikan mengakui kekurangan belajar virtual dan tidak dapat menggantikan sekolah tatap muka.

Alasannya, kata Fore, lebih 460 juta siswa di seluruh dunia tidak memiliki akses internet, komputer, atau perangkat seluler untuk berpartisipasi dalam belajar virtual.

"Mereka lebih rentan terhadap pelecehan seksual, dan kecil kemungkinannya untuk keluar dari siklus kemiskinan,” kata dia.

Dengan protokol kesehatan ketat

Sementara itu, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay, Selasa (15/9/2020) mengatakan, membuka kembali sekolah dengan aman dengan protokol baru sangat dimungkinkan.

Baca juga: Nadiem: Prioritas Utama Kami Anak Bisa Kembali Sekolah dengan Aman

Dengan catatan, adanya peran dan pelatihan guru dalam menerapkan protokol kesehatan.

UNESCO, Unicef, dan WHO bersama-sama telah menerbitkan dokumen setebal 10 halaman yang menguraikan pedoman membuka kembali dan mengoperasikan sekolah selama pandemi.

“Sangat penting bahwa pendidikan dan kesehatan bekerja sama erat untuk memastikan bahwa sekolah dibuka kembali dengan aman," katanya.

Dalam dokumen itu, dipaparkan tindakan yang harus dilakukan sekolah, masyarakat dan individu ketika memutuskan membuka kembali sekolah.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa risiko membuka kembali sekolah di tengah pandemi ditentukan oleh kemampuan masing-masing komunitas untuk mengendalikan virus melalui langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti pemakaian masker, jarak sosial, pengujian, penelusuran, dan isolasi.

Baca juga: Subsidi Kuota Gratis, Sekolah Masih Bisa Setor Nomor Ponsel Siswa

Ia menegaskan, virus dapat membunuh anak-anak, meski jarang terjadi. Namun anak-anak bisa terinfeksi dan menyebarkan virus kepada orang lain.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com