Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen IPB Ciptakan Kit Diagnosis Dini Alzheimer

Kompas.com - 17/09/2020, 20:43 WIB
Dian Ihsan,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Institus Pertanian Bogor (IPB) University menciptakan sebuat kit yang mendiagnosis secara dini penyakit Alzheimer. Penyakit ini mengakibatkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, berbicara dan perubahan perilaku secara bertahap seseorang.

Pencipta kit penyakit Alzheimer ini adalah Dosen IPB University, dari Divisi Farmakologi dan Toksikologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Huda S Darusman.

Baca juga: IPB: Food Estate Perlu Pertimbangkan Aspek Keberlanjutan Ekologi dan Ekonomi

"Secara ekonomi, kit ini memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Sebab selama ini, kit komersial yang tersedia, didatangkan via impor sehingga sulit terjangkau dan membutuhkan waktu cukup lama dalam perolehannya dan secara komersial bernilai tinggi," ujar Huda dalam keterangan resminya, melansir laman IPB, Kamis (17/9/2020).

Menurut dia, pengembangan kit diagnostik Alzheimer berbasis Elisa dalam negeri berpotensi memberikan manfaat baik secara saintifik maupun ekonomi.

Protein amyloid beta 42 (Aβ42) sebagai bahan untuk pembuatan alat diagnosis penyakit Alzheimer di manusia merupakan upaya yang strategis dikembangkan sebagai upaya penunjang diagnosis berupa uji penapisan terhadap marka yang merupakan penanda dini penyakit Alzheimer tersebut.

Penapisan berbasis pendeteksian peptida atau protein ini dapat dilaksanakan secara efektif dan akurat melalui teknik immunoassay atau dikenal dengan Enzyme Linked Immunoassay (Elisa).

"Teknik ini mengoptimalkan bahan antibodi spesifik atau antibodi monoklonal terhadap peptida Aβ42 tersebut," jelas Huda.

Huda menyebutkan, penelitian ini dikembangkan melalui tahapan produksi monoklonal antibodi terhadap amiloid, purifikasi, konjugasi, dan selanjutnya akan diaplikasikan pada teknik ELISA untuk mendeteksi kadar amiloid pada monyet ekor panjang.

"Setelah itu dilakukan validasi dan verifikasi hasil dengan membandingkannya terhadap kit komersial. Kit yang kami hasilkan juga akan divalidasi untuk mendeteksi kadar amyloid pada sampel manusia. Sehingga harapan kami untuk kit ini benar-benar dapat memberikan solusi riil untuk pengembangan penapisan Alzheimer," ungkap pria yang juga menjadi Kepala Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB University.

Huda menegaskan, tingkat kesiapan teknologi dari penelitian ini adalah pada tingkat 5 dan 6 di akhir penelitian atau tahun ke-3 penelitian.

Pada tahun terakhir penelitian juga diharapkan prototype antibodi monoklonal Aβ42 sebagai kandidat imunoterapi ini akan diujicobakan pada sampel primata dan terhadap sampel manusia, yakni pasien yang memiliki latar belakang penyakit Alzheimer dan akumulasi peptida Aβ42.

PSSP IPB University, dia mengaku, akan bekerjasama dengan Rumah Sakit atau Lembaga Kesehatan terkait untuk mendapatkan sampel uji asal manusia dan melakukan pengujian sesuai kaidah etika penelitian.

Manfaat bagi ekonomi dan penelitian kesehatan

Melalui tahapan ini didapatkan data potensi dasar dari antibodi monoklonal terhadap peptida Aβ42 tersebut. Data tersebut dapat disusun untuk dipresentasikan pada forum ilmiah nasional dan atau berpotensi sebagai bahan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi internasional.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Obat Herbal Pelangsing, Berbasis Tanaman Obat Indonesia

"Dengan demikian kit diagnosis ini dapat bersaing dengan kit impor yang tersedia sekarang ini hingga dapat menggantikan kit komersial yang ada sekarang ini. Sehingga manfaat secara ekonomi benar-benar terwujud. Kit ini juga bisa menyumbangkan salah satu kemandirian bangsa dalam penelitian kesehatan, khususnya penyediaan bahan uji biologis untuk penelitian neurosains dan penyakit degeneratif," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com