Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/09/2020, 09:47 WIB
Dian Ihsan,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masa pandemi Covid-19 memberikan pukulan ke semua kalangan, baik orang tua, dewasa, remaja, anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK).

Bayangkan saja, semua aktivitas seperti bekerja hingga belajar dilakukan di rumah lewat dalam jaringan (daring) atau online.

Proses belajar di rumah juga terjadi pada anak berkebutuhan khusus yang sedang menjalani terapi untuk memperoleh pendidikan. Namun, terapi mereka terganggu saat pandemi ini, sehingga peran orangtua yang menggantikan tenaga ahli terapi.

Baca juga: Cara Atasi Tantrum Anak Berkebutuhan Khusus Saat Belajar dari Rumah

Salah satu yang merasakan adalah Kirana yang berumur 6 tahun. Dia adalah anak dari Wynanda Bagiyo Saputri. Kirana terkena Cri du Chat atau Sindrom Lejeune, yakni ada suatu kelainan genetik akibat adanya delesi (hilangnya sedikit bagian) pada lengan pendek kromosom nomor 5 manusia.

Terapi darurat di rumah

Wynanda menceritakan, kirana sangat rentan di kondisi pandemi saat ini, karena seharusnya dia memerlukan terapi rutin yang biasa dijalankan ke dokter maupun tenaga ahli.

Bayangkan saja, kirana memiliki beberapa kelainan seperti lever fibrosis, ukuran paru-paru yang tidak normal, tidak memiliki kantung empedu, kelaiann saluran napas, dan penumonia.

"Jadi karena pandemi ini, kami tidak bisa bergerak leluasa untuk melakukan hal yang terbaik buat Kirana, tak bisa keluar rumah untuk terapi. Menurut kami, Kirana itu rentan di pandemi ini, bahkan mungkin fatal jika tertular virus Covid-19. Makanya, kita berusaha memberikan yang terbaik untuk Kirana di rumah, kita berusaha terapi di rumah," tutur Wynanda kepada Kompas.com, Senin (14/9/2020).

Memang, kata dia, terapi (pendidikan) yang bagus bersama para ahlinya. Tapi, bila keadaan darurat seperti ini, orangtua harus mengulang semua yang telah diajarkan oleh dokter atau tenaga ahli untuk dipraktikkan di rumah.

Apalagi, lanjut dia, rumah merupakan tonggak awal untuk mendidik karakter seorang anak, begitupula dengan anak berkebutuhan khusus.

"Ya kalau kita bicara pendidikan untuk anak kita, secara umum tentunya tidak pernah terhenti di rumah. Karena pendidikan berawal dari rumah sendiri untuk mendidik karakter seseorang," tegas dia.

Meski banyak tantangan, dia bersyukur, terapi yang dilakukan di rumah bersama suaminya membuahkan hasil yang cukup baik. Sebagai contoh, sebelum ini Kirana belum bisa diri berpegangan, kini sudah bisa. Bahkan berdirinya semakin lama dan kuat.

"Saya mengurus Kirana sama suami. Bekerja keras untuk Kirana. Tapi suami kan kerja, dia tidak mungkin bisa bantu 24 jam, kebetulan suami juga pulang tidak tiap hari. Namun dia selalu berusaha dan berdoa untuk kebaikan Kirana," ungkap dia.

Patuhi aturan cegah Covid-19

Wynanda meminta masyarakat agar mematuhi anjuran pemerintah, dalam meredam angka penularan Covid-19. Pada akhirnya, pandemi ini bisa terselesaikan dengan baik di negeri ini.

"Pikirkan nasib anak berkebutuhan khusus atau orang-orang lain yang butuh akses ke rumah sakit (RS), tapi jadi kesulitan. Ada orang-orang yang butuh treatment (obat, kontrol, tindakan, terapi, dll) secara rutin. Mereka yang hidup dengan penyakit kronis, mungkin kesulitan dan waswas, jika harus ke RS," keluh Wynanda.

Apalagi, dia menambahkan, bila ada anak berkebutuhan khusus yang dirujuk ke Jakarta, padahal rumahnya tinggal di luar DKI Jakarta. Jadi itu menjadi hambatan berat bagi orangtua.

Baca juga: Orangtua Berbagi: Membimbing Anak Berkebutuhan Khusus Belajar di Rumah

"Jadi banyak hambatan, bukan cuma soal biaya, tapi juga risiko bagi mereka anak berkebutuhan khusus. Beruntung buat kalian yang aksesnya di Jakarta. Jadi mohon dengan sangat ikuti anjuran dari pemerintah, yang manfaatnya untuk kita semua," pungkas Wynanda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com