Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/09/2020, 08:56 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan keterbatasan fisik, psikis maupun kemampuan otak yang berbeda, sejatinya memiliki potensi. Hanya saja, cara mengasahnya memerlukan usaha yang tak biasa.

Di tengah pandemi, mendidik ABK dinilai cukup menantang, karena guru tak bisa terlibat langsung untuk menstimulasi. Sehingga peran orangtua begitu dibutuhkan.

Merangkum laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dyah M Sulystiati dari Kelompok Belajar Little Starkids, Salatiga, Jawa tengah mengatakan agar ABK dapat berpartisipasi dalam pembelajaran, maka orangtua perlu fokus pada potensinya.

Baca juga: Video Call dengan Jokowi, Ini Curhat Guru soal Kendala Belajar Online

“Caranya, orang tua perlu fokus pada potensinya, bukan pada disabilitasnya," ujar Dyah dalam Webinar Orang Tua Berbagi "Rumahku Sekolahku Episode ke-8: Mendukung tumbuh kembang anak usia dini yang berkebutuhan khusus selama masa BDR”, beberapa waktu lalu.

Dyah mengingatkan orangtua bahwa setiap anak, apapun kondisinya, mempunyai hak yang sama seperti anak lainnya untuk mandiri dan berprestasi sesuai potensi dan minatnya.

 

Dalam kesempatan yang sama, sejumlah orangtua ikut berbagi dalam pengasuhan anak ABK selama masa belajar dari rumah.

Orangtua dan guru perlu kerja sama

Kerja sama orang tua dengan guru merupakan hal penting dalam mendampingi ABK belajar dari rumah selama masa pandemi.

Hal tersebut diungkapkan Fauziyah, orang tua dari seorang ABK, Abidah Sakira, yang saat ini menjadi peserta didik di PKBM Inklusi Taman Bahasa Indonesia, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Sejak lahir, Abidah lahir menjadi anak yang hiperaktif, terlambat berbicara, dan kurang konsentrasi.

Baca juga: 7 Program Prioritas Pendidikan Mendikbud Nadiem di Tahun 2021

"Abidah tidak bisa diam, setiap apapun yang menarik, pasti disentuhnya," kata Fauziyah yang menjadi narasumber pada Webinar Orang Tua Berbagi: Rumahku sekolahku Episode 8 bertajuk “Mendukung tumbuh kembang anak usia dini dengan kebutuhan khusus pada masa BDR”, yang diselenggarakan Direktorat PAUD.

Dengan berbagai saran dari dokter, ahli gizi dan juga pihak sekolah, Fauziyah mendapatkan bimbingan untuk mendukung tumbuh kembang Abidah.

“Salah satu saran dokter, terhadap Abidah, saya mengurangi makanan dan minuman yang mengandung susu, cokelat, es krim atau makanan dan minuman yang manis-manis," ujarnya.

Abidah, lanjut dia, juga mendapatkan terapi wicara yang tepat. Ketika masuk PKBM Taman Bahasa Indonesia, Abidah sama sekali belum bisa bicara, kini dapat bicara walaupun sedikit dan perbendaharaan katanya mulai bertambah.

Abidah juga mendapatkan terapi pijatan otot mulut agar lentur sehingga memperlancar kemampuan berbicara. Pihak sekolah juga melatih konsentrasi Abidah dengan diperdengarkan musik dan cerita.

Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai

Webinar Orang Tua Berbagi Rumahku Sekolahku Episode ke-8: Mendukung tumbuh kembang anak usia dini yang berkebutuhan khusus selama masa BDR?Dok. Kemendikbud Webinar Orang Tua Berbagi Rumahku Sekolahku Episode ke-8: Mendukung tumbuh kembang anak usia dini yang berkebutuhan khusus selama masa BDR?

Selama belajar dari rumah, Fauziyah sedikit memaksa Abidah untuk terbiasa duduk dalam durasi waktu tertentu yang setiap harinya bertambah.

“Selain mengendalikan tindak hiperaktifnya, juga dalam upaya meningkatkan konsentrasi dan ketelitiannya, “kata Fauziyah.

Agar betah duduk, Fauziyah menyiapkan tontonan menarik melalui televisi, buku-buku bergambar dan sebagainya yang sesuai dengan ketertarikan Abidah.

Fauziyah juga mulai membiasakan Abidah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah, seperti menyapu, mengepel, dan berbagai pekerjaan rumah lainnya.

Sementara itu, untuk menghindari kebosanan di rumah, Fauziyah memberikan kesempatan pada Abidah untuk bermain di halaman rumah bersama teman-temannya di sekitar rumah dengan memperhatikan kebersihan.

Baca juga: Tanamkan Budi Pekerti, Bacakan 5 Dongeng Tradisional ini Sejak Dini

Fauziyah menekankan, anak ABK memang memiliki keterbatasan tumbuh kembang. Karena itu, anak ABK membutuhkan bimbingan orang tua dan guru.

Ciptakan Kebersamaan dan kebahagiaan

Cerita lain datang dari pasangan Maulana Mustika dan Novi Srawali dalam mengasuh dan mendidik anak bungsunya, Syamillano Elzabir, yang mengalami tunarungu sejak dilahirkan.

Novi mengakui, menjalani masa belajar dari rumah bersama ABK menjadi tantangan yang lebih besar.

Ia dan sang suami memanfaatkan momen bekerja dari rumah untuk mengasuh dan mendidik Syamil yang saat ini sudah bersekolah di Taman Kanak-Kanak B PAUD Alam, Lampung.

Termasuk melibatkan anak pertamanya, Fadialavi Khaira, siswa kelas enam sekolah dasar, untuk membantu Syamill agar bisa berkomunikasi, sehingga bisa merasakan kebahagiaan dalam keterbatasan.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Mohon Kembali ke Tanah Air, Negara Membutuhkan Anda

“Inilah yang saya maksud dengan kebersamaan dan kebahagiaan, Syamil bisa merasakan dukungan dari keluarganya dalam suasana kebersamaan sehingga timbul kebahagiaan dalam dirinya," kata Novi yang juga menjadi narasumber.

Dalam webinar, Novi mengungkap sangat bersyukur karena Syamil diberi kesempatan untuk menggunakan teknologi alat bantu dengar (ABD). Meski begitu, lanjut Novi, itu tidak serta merta membuat Syamil bisa mendengar dan berbicara.

“Prosesnya panjang, Syamil harus belajar mendengar dulu sebelum menggunakan ABD, mulai mendengar satu kata, memahami satu kata, baru ia bisa berbicara satu kata itu, lantas meningkat ke dua kata, tiga kata, dan seterusnya. Harapan kami ke depan, Syamil bisa mendengar kata yang panjang, kalimat dan memahami dan bisa bicara kalimat panjang, itu butuh proses," ujarnya.

Baca juga: Pakar IPB: Prospek Cerah Bisnis Cacing Tanah untuk Bahan Baku Obat

Di samping itu, Novi dan suami tak lupa mengajarkan nilai-nilai spiritual dan sosial, seperti sholat, mengaji, penguatan nilai-nilai karakter, puasa, dan sebagainya.

"Kunci pelaksanaannya adalah disiplin dan konsisten," kata dia.

Dalam hal pengembangan karakter dan nilai-nilai sosial, Novi memberikan pemahaman melalui buku-buku cerita.

Selain penanaman karakter, cara tersebut dinilainya bisa dijadikan cara menambah pembendaharaan kata Syamil.

“Contohnya, kita memberikan pemahaman tentang virus Covid-19 melalui gambar virus, cara virus memasuki tubuh manusia, dan bagaimana kita menghindarinya, baik dengan cuci tangan, pakai masker, dan sebagainya," lanjut Novi.

Syamil juga terus melanjutkan proses terapi. Namun selama pandemi ini, proses terapi dilakukan melalui video call, bimbingan online, dan sejenisnya. Novi juga rajin mencari kelas-kelas terapi secara online.

Baca juga: Perlukah Daftar PAUD saat Pandemi? Cari Tahu di Kelas Orangtua Berbagi

Termasuk tergabung dalam berbagai komunitas orang tua yang memiliki ABK.

“Kita jadi banyak dukungan, informasi, ide-ide kreatif. Kita juga jadi percaya diri, tidak sendiri dan bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman," katanya.

Di akhir webinar, Novi memberi tips tentang bagaimana berkomunikasi dengan anak tunarunggu, yakni:

  • Bicara pelan dan jelas
  • Berikan ABK waktu untuk memahami ucapan kita
  • Berikan waktu ABK untuk berbicara
  • Orang tua harus berusaha memahami perkataan mereka
  • Saat berkomunikasi, bantulah dengan gestur jika diperlukan
  • Jangan cuek saat ABK mengajak berbicara.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com