KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim menyampaikan, agar peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) yang ke-55 bisa menjadi momentum perubahan paradigma pendidikan di Indonesia, lewat pembelajaran literasi di masa pandemi Covid-19.
Literasi merupakan kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat tertentu yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Kemendikbud: Ini 4 Strategi Indonesia Tuntaskan Buta Aksara
"Saya mengapresiasi luar biasa, meski tengah mengalami berbagai keterbatasan akibat pandemi COVID-19, kita tetap bersemangat untuk mengingat pentingnya melek huruf bagi setiap manusia, komunitas, dan masyarakat, untuk melakukan komunikasi sehingga kita dapat mengembangkan ilmu pengetahun dan teknologi," ucap Nadiem dalam keterangan resminya, melansir website Kemendikbud.go.id, Rabu (9/9/2020).
Nadiem mengatakan, Kemendikbud bersama Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dapat memastikan kebijakan literasi selama pandemi Covid-19 bisa berjalan dengan baik di setiap daerah.
Untuk menuntaskan buta aksara, kata Nadiem, Kemendikbud akan melakukan berbagai strategi, seperti pemutakhiran data buta aksara dan memperluas layanan program pendidikan keaksaraan.
Tak lupa, Kemendikbud juga akan mengembangkan sinergi dalam upaya penuntasan buta aksara dan pemeliharaan kemampuan keberaksaraan warga masyarakat, serta mengakselerasi inovasi layanan program pada daerah terpadat buta aksara.
"Kita harus bisa mengambil hikmah dari pandemi ini. Saat pandemi selesai, kita harus yakin akan keluar menjadi pemenang yang terus memiliki harapan dan cita-cita untuk mengentaskan buta aksara dari negara kita tercinta. Dan bersama-sama juga kita bisa menghadirkan pendidikan yang berkualitas, agar Indonesia maju," ucap pria yang terlahir di tahun 1984 lalu.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Kemendikbud, Jumeri menyatakan, penuntasan buta aksara dalam beberapa tahun belakangan ini difokuskan pada daerah yang tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Karena, semua daerah itu sulit dijangkau, khususnya selama masa pandemi ini.
Oleh karena, kata Jumeri, masa krisis ini bisa dijadikan momentum untuk seluruh pihak dalam menunjukkan keberpihakannya dalam meningkatkan literasi.
"Daerah 3T adalah bagian dari NKRI yang harus diperjuangkan, kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Pemda) sangat perlu, dalam mencapai tujuan memberantas buta aksara di Indonesia," ungkap Jumeri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.