Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor Universitas Pertamina: Kreativitas Jadi Keterampilan Paling Dibutuhkan

Kompas.com - 27/08/2020, 10:55 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat banyak hal semakin tak bisa diprediksi, salah satunya ekonomi dunia yang alami kelumpuhan .

Singapura yang pada 2019 menjadi negara dengan daya saing global nomor satu di dunia berdasarkan Global Competitiveness Report oleh The World Economic Forum (WEF), saat ini perekonomiannya mengalami kontraksi hingga 42,9 persen dan masuk dalam jurang resesi.

Hal tersebut disampaikan oleh Rektor Universitas Pertamina Prof. Akhmaloka, Ph.D. dalam Sidang Terbuka Wisuda Ke-2 Universitas Pertamina yang diselenggarakan secara langsung maupun virtual, Rabu (26/8/2020).

Baca juga: Calon Mahasiswa, Ini 6 Soft Skill yang Wajib Dikuasai Saat Kuliah

Ia juga mengatakan, perubahan dunia yang kian cepat menuntut generasi muda untuk menguasai sejumlah keterampilan pekerjaan yang diperlukan untuk berhasil di era revolusi industri ke-4.

"Di tengah kondisi ini, prediksi The World Economic Forum ada 10 keterampilan pekerjaan yang diperlukan untuk berhasil di era revolusi industri ke-4, semakin terlihat urgensinya," paparnya.

Kreativitas (creativity) yang pada tahun 2015 berada pada posisi 10, kata dia, saat ini melesat menjadi posisi 3 teratas dalam deretan keterampilan kerja yang paling dibutuhkan pada tahun 2020.

"Bersama dengan complex problem solving dan critical thinking, ketiga keterampilan tersebut sangat diperlukan untuk menghadapi perubahan dunia yang semakin tidak dapat diprediksi," imbuhnya.

Baca juga: Beasiswa S1 Tanoto Foundation, dari Biaya Kuliah hingga Tunjangan Bulanan

Prof. Akhmaloka pun menyebutkan 10 keterampilan yang saat ini paling dibutuhkan untuk bisa berhasil di era industri 4.0, yakni:

1. Pemecahan masalah yang rumit (complex problem solving).
2. Berpikir kritis (critical thinking).
3. Kreativitas (creativity).
4. Manajemen manusia.
5. Koordinasi dengan orang lain.
6. Kecerdasan emosional (emotional intelligent).
7. Pengambilan keputusan.
8. Orientasi layanan.
9. Negosiasi.
10. Keterbukaan pikiran terhadap pengetahuan baru (cognitive flexibility)

Sepuluh keterampilan ini, lanjut dia, akan sangat penting untuk menghadapi dunia yang terus berubah.

Baca juga: Universitas Brawijaya Buka Seleksi Mandiri Program Vokasi Jalur Rapor

Perguruan Tinggi dituntut berkontribusi lebih besar

Di tengah fenomena disrupsi (inovasi yang menggantikan sistem lama dengan cara-cara baru) dan VUCA (Volatility, uncertainty, complexity and ambiguity), Prof. Akhmaloka mengatakan perguruan tinggi dituntut untuk berkontribusi lebih besar.

Perguruan tinggi, lanjut dia, harus semakin mampu memberikan pelayanan publik melalui hasil-hasil penelitian yang menghasilkan inovasi dan teknologi tepat guna sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.

Namun, ia memaparkan bahwa Indonesia masih memiliki 3 (tiga) persoalan besar terkait penelitian, yaitu jumlah peneliti yang masih sangat kurang, arah riset nasional yang belum fokus, serta pendanaan riset yang masih rendah.

Baca juga: Jadwal dan Cara Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri PTN dan PTS 2020

Bila dibandingkan dengan negara lain, imbuhnya, jumlah peneliti Indonesia masih sangat rendah.

Menurut data UNESCO Institute for Statistics 2019, jumlah peneliti per 1 juta penduduk di Indonesia hanya 89 peneliti.

Jumlah tersebut terpaut jauh jika dibandingkan dengan Denmark yang berjumlah 7.310 peneliti, Korea Selatan 6.826 peneliti, atau bahkan Singapura 6.600 peneliti per 1 juta penduduk.

Karena itu, sarannya, diperlukan kebijakan strategis lintas sekor untuk mendongkrak jumlah peneliti di Indonesia. Lembaga penelitian dinilai perlu berkolaborasi dengan perguruan tinggi.

"Perguruan tinggi memiliki sumber daya peneliti paling tidak ada mahasiswa S2 dan S3 yang mengalir setiap tahun. Bila perguruan tinggi kerja sama dengan lembaga penelitian maka mahasiswa pascasarjana dapat dibimbing oleh profesor peneliti di lembaga penelitian tersebut," ucapnya.

Baca juga: ITL Trisakti Buka Prodi Teknik RIL, Siapkan SDM Sektor Perkeretaapian

Selain jumlah yang masih sangat kurang, ia mengatakan tujuan penelitian untuk menghasilkan inovasi yang berguna bagi nusa dan bangsa belum dapat tercapai.

"Peneliti melakukan penelitian seusai dengan keinginannya masing-masing dan tidak match dengan kebutuhan industri dan masyarakat," imbuhnya.

Persoalan selanjutnya adalah pendanaan. Kemenristek/BRIN mengatakan sumber dana riset dan inovasi 80-90 persen berasal dari pemerintah.

Menurut Prof. Akhmaloka ini bisa memberatkan pemerintah. Mengingat, di beberapa negara maju seperti Korea Selatan, sumber dana penelitian dari pemerintah hanya 20-30 persen, selebihnya 70-80 persen dibiayai oleh industri.

Untuk itu, kata dia, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah, industri dan perguruan tinggi.

Hal inilah yang sedang digiatkan oleh Universitas Pertamina, salah satunya berkolaborasi dengan Research and Technology Center dari PT Pertamina Persero dan juga dari institusi lainnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com