Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Dingin? Akademisi UGM Beberkan Penyebabnya

Kompas.com - 29/07/2020, 14:33 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, di beberapa wilayah mengalami cuaca dingin. Namun hal itu menjadi biasa karena memang saat ini menjelang puncak musim kemarau.

Selain itu, penyebab cuaca dingin karena posisi dari gerak semu matahari di belahan bumi utara, sementara Indonesia berada di belahan bumi selatan.

Akibatnya, wilayah di Indonesia menerima lebih sedikit energi radiasi matahari dan menyebabkan cuaca menjadi lebih dingin.

Baca juga: Cegah Covid-19 Lewat Udara, Ini Tips Dokter RSA UGM

"Kalau dilihat dari keseimbangan energi di bumi, selain bersumber dari radiasi matahari, juga ada radiasi gelombang panjang yang dikeluarkan oleh bumi," ujar pakar iklim dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Andung Bayu Sekaranom seperti dikutip dari laman UGM, Rabu (29/7/2020).

Cuaca cerah, radiasi cepat hilang

Dijelaskan, jika kondisi cenderung berawan, maka sebagian radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Hal ini menyebabkan temperatur menjadi lebih hangat.

Namun jika cuaca cerah, radiasi tersebut akan hilang sampai ke luar angkasa sehingga temperatur menjadi lebih dingin.

Andung menambahkan, kondisi kemarau tahun ini cenderung lebih lembab dibandingkan kondisi rata-ratanya. Setelah tahun kemarin kemarau berkepanjangan akibat El Nino lemah, tahun ini curah hujan cenderung lebih tinggi.

"BMKG memprediksi bahwa puncak musim kemarau pada bulan Agustus, sehingga September sudah mulai hujan," katanya.

Penyebab lain, Andung menjelaskan bahwa iklim yang berubah saat ini dipengaruhi oleh peningkatan gas rumah kaca di atmosfer akibat dari aktivitas manusia seperti transportasi, industri, dan lain-lain.

"Dampak yang dirasakan terutama banjir semakin meningkat pada musim penghujan. Tak jarang pula hujan lebat juga mengakibatkan bajir bandang dan longsor yang semakin sering," ujarnya.

Kekeringan perlu diwaspadai

Dalam beberapa dekade ini, lanjut Andung, musim kemarau menjadi semakin kering. Tak heran jika kejadian kebakaran hutan juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Sementara untuk dampak pertanian, petani semakin kesulitan menentukan awal dan akhir masa tanam. Seringkali masa tanam padi belum selesai tapi kondisi sudah kering hingga mengakibatkan gagal panen.

Akan tetapi, melihat prediksi musim kemarau yang tidak terlalu parah, maka bencana yang ditimbulkan diprediksi juga tidak terlalu parah.

Namun, di beberapa lokasi yang rawan kekeringan masih perlu waspada dan sebisa mungkin menghemat air.

Karenanya, masyarakat bisa melakukan konservasi secara sederhana. Misalnya dengan menanam pohon dan membuat resapan air sehingga saat musim kemarau kondisi tidak akan kering.

Baca juga: Borong 4 Penghargaan Internasional, Ini Cita-cita Tim Mobil Listrik UGM

"Khusus untuk daerah pegunungan cuaca akan menjadi lebih dingin pada malam dan pagi hari dibanding biasanya. Daerah yang tinggi dan lembab seperti Dieng akan berpotensi rawan embun upas," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com