Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Webinar Farmasi UGM: Komputasi Percepat Pengembangan Obat

Kompas.com - 16/07/2020, 14:38 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Sampai saat ini, pengembangan obat terus dilakukan. Tentu agar menghasilkan produk yang bermanfaat bagi umat manusia.

Meski demikian, pengembangan obat membutuhkan tahapan proses yang panjang dan tidak mudah. Bahkan, perlu waktu hingga bertahun-tahun dan memakan biaya besar.

Pada Webinar yang diselenggarakan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (16/7/2020), tema yang diambil ialah "New Perspective on Drugs Discovey and Development in Industrial Revolution 4.0".

Baca juga: Guru Besar UGM: Herbal sebagai Terapi Pendukung Pengobatan Covid-19

Salah satu narasumber Guru Besar Sekolah Farmasi ITB, Prof. Apt., Daryono H. Tjahjono, Ph.D., mengatakan proses penemuan obat cukup kompleks.

"Untuk proses penemuan obat bisa sampai 8-16 tahun. Tidak hanya lama, tetapi juga butuh biaya besar untuk bisa merilis 1 molekul obat," ujarnya seperti dikutip dari laman UGM.

Komputasi bisa mempercepat

Akan tetapi, metode komputasi atau pemanfaatan komputer dapat membantu proses efisiensi dalam penemuan obat. Untuk menghasilkan 1 molekul dengan percobaan standar biaya yang dibutuhkan rata-rata sebesar 18 triliun.

Menurut dia, dengan bantuan komputasi biaya bisa jadi setengahnya. Kemajuan komputasi baik software maupun hardware sangat berpengaruh dalam efisiensi penemuan obat.

Dengan metode komputasi, tentu dapat memangkas waktu dalam menyaring ribuan molekul dan menemukan senyawa potensial yang bisa digunakan sebagai obat baru.

Potensi tanaman herbal

Sementara itu pakar herbal sekaligus Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Apt., Suwijiyo Pramono, menyampaikan potensi besar tanaman herbal yang dimiliki Indonesia.

Kendati begitu, potensi yang ada belum tereksplorasi dengan baik. Ada 30 ribu spesies tanaman yang tumbuh dari Sabang sampai Merauke dan 3 ribu diantaranya merupakan komponen jamu.

Tak hanya itu saja, ada 300 spesies tanaman telah digunakan industri herbal, dan masih banyak yang belum tereksplorasi.

Maka perlu dilakukan eksplorasi secara tepat dan efektif. Beberapa diantaranya seperti tidak mengekspor bahan mentah.

Serta menetapkan strategi untuk eksplorasi secara efisien, seleksi prioritas dari program eksplorasi.

Selanjutnya, memberikan kesempatan pada industri untuk memproduksi produk tanaman obat berdasarkan riset dari lembaga pendidikan tinggi dengan fasilitasi pemerintah.

"Langkah tersebut perlu dilakukan untuk menetapkan riset yang baik dan berorientasi pada produk." katanya.

Sedangkan menurut peneliti dan dosen Fakultas Farmasi UGM, Dr. Apt., Hilda Ismail, Ph.D., menjelaskan tentang pengalamannya. Yakni dalam pengembangan parasetamol memanfaatan produk industri petrokimia.

Baca juga: 18 Herbal Pendongkrak Imun Tubuh dari Akademisi UGM

Selain itu, dia juga menyampaikan tentang strategi kemandirian bahan baku obat dari hulu dan hilir dengan memanfaatkan bahan alam yang cukup berlimpah di tanah air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com