Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Teladan Guru Nyoman Sukseskan Siswa di Tengah Keterbatasan

Kompas.com - 08/07/2020, 10:35 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Nyoman Darta, Kepala Sekolah SMAN 1 Mandara, Bali, merupakan salah satu Guru Penggerak yang mendapatkan kesempatan untuk bercerita tentang praktik-praktik baik di sekolah yang ia pimpin.

Sekolah tempat Nyoman mendedikasikan diri sebagai guru bukanlah lingkungan yang diisi oleh anak-anak dari keluarga berada.

Nyoman bercerita bahwa kemiskinan, gizi buruk, dan sarana belajar yang minim adalah masalah-masalah yang dihadapi siswanya.

Bahkan, banyak dari siswa yang memiliki masalah keluarga yang kompleks sehingga mereka tumbuh dengan rasa percaya diri yang rendah.

Baca juga: Guru, Ikuti Webinar Kemendikbud Ini untuk Persiapan Tahun Ajaran Baru

Kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim Nyoman berkata, dengan modal ketulusan, keikhlasan dan kasih sayanglah siswa didiknya bisa meraih kesuksesan.

“Jika hatinya (siswa) sudah disentuh maka mereka akan dengan senang hati mengikuti pembelajaran di kelas, di luar kelas maupun di manapun mereka belajar,” ucapnya kepada Mendikbud dalam acara Peluncuran Merdeka Belajar Episode Lima: Guru Penggerak melalui telekonferensi di Jakarta (3/7/2020), seperti dikutip dari laman Kemendikbud.

"Di sinilah saya membutuhkan guru-guru yang mau mengajar dengan ketulusan yang bisa menyentuh hati anak-anaknya."

Baca juga: Cerita Guru Kiswanto Mengajar Jarak Jauh Murid SD Tanpa Internet

Salah satu program yang ia jalankan di sekolah bernama Program "The Calling". Melalui program itu, Nyoman mengajak para siswa untuk menulis mimpi-mimpi mereka pada secarik kertas yang selanjutnya dimasukkan ke dalam botol atau istilahnya time capsule.

Botol itu kemudian ditaruh di dalam kotak yang disebut The Calling Cast.

“Mimpi itulah yang mereka selalu ingat untuk dikejar selama dua, tiga bahkan empat tahun karena kami menggunakan sistem kredit semester. Kami ingin membantu menyukseskan mimpi mereka dan saya harus bisa meyakinkan mereka bahwa seluruh hambatan bisa dipecahkan,” terang Nyoman.

Baca juga: Beasiswa S2 Brunei, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 5 Juta Per Bulan

Dalam menghadapi tantangan, masing-masing siswa akan diberi triplek untuk menulis seluruh kelemahan mereka. Selanjutnya semua siswa membakar triplek itu dalam api unggun.

“Filosofinya adalah semua hambatan mereka sudah dimusnahkan dan mereka membacakan Ikrar Api. Ikrarnya adalah api di dalam dada mereka harus tetap hidup meskipun mereka berasal dari keluarga miskin,” kata Nyoman.

"Mereka harus yakin bahwa kelemahan mereka bukan penghalang kesuksesan. Jika ada api yang redup di antara mereka maka teman yang lain harus memiliki kepedulian untuk berempati dan membantu menguatkan satu sama lain."

Membimbing siswa hingga capai pendidikan tinggi

Paham betul dengan kondisi peserta didik, Nyoman beserta jajarannya merancang metode kurikulum yang sesuai dan berkesinambungan.

Baca juga: Orangtua, Ini Buku Saku Panduan Tahun Ajaran Baru dari Kemendikbud

“Kami buat program kurikulum yang melatih mereka perkalian sederhana, hitung bagi, jepit, pecahan, bahasa Inggris dasar, dan komputer kami latih. Sebelumnya kami hilangkan stres mereka dengan Program Consciousness Base Education yaitu pendidikan yang berbasis kesadaran,” kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com