Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen ITB Bagikan Tips Membuat Perencanaan Keuangan saat Pandemi

Kompas.com - 07/07/2020, 12:47 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Setiap orang memiliki keterampilan nonteknis (soft skill) yang berbeda. Seperti halnya punya kemampuan literasi finansial. Hanya saja, kebanyakan masyarakat Indonesia tidak memilikinya.

Oleh karena itu, Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan webinar bertema "Financial Literacy 101: Build your wealth through financial planning" beberapa waktu lalu.

Pada webinar itu mengangkat tiga topik, yakni Financial Planning Process, Personal Financial Statement and Ratio Analysis, dan Cash Flow and Debt Management.

Baca juga: Perkembangan Proses Pembuatan Alat Deteksi Covid-19 Unpad dan ITB

Menetapkan tujuan

Menurut salah satu narasumber yang juga dosen ITB, Dr. Subiakto Sukarno M.B.A., RFA, QWP, CFP, tahap pertama yang harus dilakukan untuk melakukan perencanaan keuangan yaitu menetapkan tujuan, dalam hal ini kesejahteraan.

"Perencanaan dilakukan karena banyaknya risiko di dalam kehidupan kita seperti terjadinya Covid-19 saat ini," ujar Dr. Subiakto seperti dikutip dari laman ITB, Senin (6/7/2020).

Dikatakan, data statistik menunjukkan usia harapan hidup orang Indonesia berkisar pada usia 70 tahunan. Hal tersebut cenderung mengalami peningkatan dibanding dengan zaman dulu.

Tentu karena fasilitas kesehatan sekarang semakin canggih, pendidikan dan pengetahuan semakin berkembang, sarana dan prasarana bertambah memadai, dan faktor pendukung lainnya.

"Jika seseorang dapat hidup hingga umur 90 tahun dan pensiun pada umur 60 tahun, maka ada rentang 30 tahunan yang harus dihadapi oleh seseorang, sehingga sangat penting dilakukan perencanaan keuangan yang matang," katanya.

Proses perencanaan keuangan bisa dengan menuliskan semua anggaran yang dimiliki, caranya:

  • Sebelumnya sisihkan dana untuk keperluan dana darurat seperti dana saat sakit, terkena PHK, dan lain sebagainya.
  • Selanjutnya membuat tujuan mulai dari jangka pendek (uang kuliah), jangka menengah (kendaraan, bayar rumah), dan jangka panjang (dana pensiun).
  • Kemudian mengelola surplus yang ada untuk dimanfaatkan sebagai investasi.

Tak hanya itu saja, ruang lingkup perencanaan keuangan lainnya juga meliputi:

  • Perencanaan waris
  • Perencanaan pribadi seperti pajak
  • Perencanaan manajemen risiko
  • Perencanaan lainnya seperti membuat yayasan, menaikkan haji orang tua, dan lain-lain.

"Tentu tujuan akhirnya membuat kita bahagia dan sejahtera sesuai dengan tujuan awal pembuatan perencanaan keuangan. Dan tahap terakhir adalah melakukan evaluasi setiap tahun," jelasnya.

Kenali kondisi keuangan pribadi

Narasumber lain, Ahmad Danu Prasetyo, S.T., MSM, Ph.D. menjelaskan, ada empat langkah dalam mengenali kondisi keuangan pribadi seseorang, yaitu:

  • Mengetahui pemasukan dan pengeluaran
  • Mengetahui daftar aset dan kewajiban
  • Melakukan financial heath checkup atau mengecek kondisi kesehatan keuangan
  • Mengetahui profil risiko saat ini.

Untuk menyusun laporan keuangan pribadi diperlukan instrumen yang terdiri dari dua jenis:

  • Laporan pemasukan pengeluaran (arus kas)
  • Laporan aset dan liabilitas (neraca)

Bisa dimulai dari hal sederhana

Sementara itu, Dr. Sylviana Maya Damayanti menyampaikan, manajemen arus kas bisa dimulai dari hal sederhana seperti menyimpan dan mencatat bon belanjaan, karena inti dari manajemen arus kas itu adalah mencatat.

Setelah mencatat apa saja pemasukan dan pengeluaran yang mengalami kenaikan maupun penurunan, kemudian cek kondisi kesehatan keuangan dengan menghitung pemasukan dikurangi dengan pengeluaran apakah terjadi defisit atau surplus.

Seandainya didapatkan surplus bukan berarti boleh membelanjakan lagi, tetapi bisa digunakan untuk dana investasi ataupun dana darurat.

Disamping itu, pengelolaan keuangan sebaiknya mengikuti prioritas keuangan yaitu kewajiban, kebutuhan, dan keinginan.

Saat pandemi Covid-19 ini, Sylviana menjelaskan, masyarakat banyak mengalami penurunan pemasukan, namun ada juga yang mengalami kenaikan pemasukan dengan memanfaatkan kondisi pandemi, seperti berbisnis masker.

Baca juga: Pakar IPB: 55,5 Persen Keluarga di Indonesia Turun Penghasilan Selama Pandemi

"Namun di saat kondisi pandemi ini, Indonesia masih bisa bertahan dengan semangat gotong-royong sehingga banyak para donatur yang menyumbangkan donasi," tandas dosen SBM ITB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com