Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Beijing: Jalani Normal Baru, Bangkit dari Pandemi Corona

Kompas.com - 22/05/2020, 10:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Beijing hari ini tak seperti tiga bulan lalu kala virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 membuat semua warga di Ibu Kota Republik Rakyat Tiongkok itu harus merasakan karantina.

Kini, 75 persen aktivitas masyarakat telah berjalan normal, roda kehidupan di berbagai sektor mulai kembali bergerak, masyarakat bisa menikmati tempat wisata, dan masa darurat mulai masuk dalam fase relaksasi.

Seluruh aktivitas memang tak seperti dulu, ada normal baru yang kini harus dijalani guna mengantisipasi adanya gelombang baru virus corona.

Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun bercerita bagaimana warga China menjalani normal baru, termasuk upaya untuk menekan kasus corona, hingga akhirnya bisa bangkit dari pandemi Covid-19.

Baca juga: Belajar dari Thailand, Kepatuhan Warga saat Lockdown Tekan Kasus Corona

Kini, semua orang yang berkegiatan di luar rumah harus menggunakan masker, membawa handsanitizer, hingga rajin mencuci tangan.

Daya tampung pengunjung di restoran, transportasi, hingga pusat keramaian pun menjadi dibatasi. Diberlakukan pula jaga jarak di tempat umum hingga lokasi wisata.

Untuk bisa sampai ke kondisi hari ini, terang Djauhari, kunci kesuksesan China dalam mengatasi pandemi Covid-19 terletak pada sanksi sosial yang berat.

Berbeda dengan sanksi pemerintah, sanksi sosial berasal dari lingkungan sekitar bagi orang-orang yang melanggar aturan.

Baca juga: Dibuka, Pendaftaran KIP Kuliah SBMPTN, SBMPN dan Mandiri PTN 2020

"Di sini kalau keluar harus seizin RT RW setempat. Ada kejadian orang Indonesia yang merasa tidak diawasi secara ketat kemudian pergi saja tanpa izin. Begitu kembali tidak diterima. Mau ke hotel, hotel enggak terima, telepon ke KBRI, KBRI juga kan enggak bisa terima karena waktu itu ada peraturan tidak boleh terima tamu. Sudah, nangis saja dia," tutur Djauhari dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (20/5/2020).

Contoh lain, lanjutnya, saat tinggal di apartemen kalau ada yang melanggar aturan terkait Covid-19, akan dikucilkan oleh warga.

"Jadi memang sanksi sosialnya itu yang berat," imbuh Djauhari.

Sanksi sosial yang diterapkan oleh warga China, menurut Djauhari, sukses membuat masyarakat tetap patuh pada aturan. Semangat nasionalisme warga China dalam memerangi virus corona perlu menjadi contoh baik yang ditiru.

Orang-orang mengenakan masker untuk mencegah penyebaran Covid-19, saat berada di kawasan perbelanjaan di Beijing, 2 Mei 2020.AFP/GREG BAKER Orang-orang mengenakan masker untuk mencegah penyebaran Covid-19, saat berada di kawasan perbelanjaan di Beijing, 2 Mei 2020.

Semangat tersebut pada akhirnya mampu menumbuhkan rasa kebersamaan antara pemerintah dengan masyarakat. Bahwa virus corona harus diselesaikan bersama, pemerintah tak akan bisa mengatasinya sendiri.

Baca juga: Dibuka, Pendaftaran Beasiswa S1 di 8 Perguruan Tinggi BUMN 2020

“Medsos-medsos di sini enggak ada berita-berita yang negatif. Malah di medsos itu beredar lagu-lagu [penyemangat] kalau di kita lagu-lagu perjuangan seperti Maju Tak Gentar, Tanah Airku Indonesia itu diputar di sini. Lalu terkenal kan ada Jia You Wuhan dan lain-lain, itu kan membangkitkan rasa semangat,” ujar Djauhari.

Setiap negara, lanjutnya, memang memiliki kebijakan yang berbeda sehingga tidak perlu dibanding-bandingkan. Namun, kisah-kisah sukses perlu dipertimbangkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com