Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengamati Perkembangan Otak Anak di Usia Emas

Kompas.com - 22/05/2020, 09:59 WIB
Irfan Kamil,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pentingnya peran orangtua dalam mendidik anak menjadi fokus dari webinar "Perkembangan Otak Anak di Usia Emas" yang di selenggarakan Tanoto Foundation dan Koalisi PAUDHI Nasional serta Universitas YARSI (20/5/2020).

Webinar dimoderatori Rektor Universitar YARSI Prof. Fasli Jalal, dengan narasumber berasal dari pakar pada bidangnya seperti Prof. Anna Alisjahbana (Suryakanthi Foundation), Octaviani Ranakusuma (Dekan Fakultas Psikologi Universitas YARSI) dan dr. Tubagus Rachmat Sentika (Dokter Spesialis Anak).

Golden age atau usia emas adalah masa di mana anak dilahirkan hingga anak berusia 5 tahun. Pada umur tersebut, otak anak tumbuh dan berkembang sangat cepat sehingga peran orangtua sangat penting dalam perkembangan anak di usia emas tersebut.

Otak merupakan salah satu organ dalam tubuh manusia yang tersusun dengan sejumlah jaringan pendukung dan miliaran sel saraf yang saling terhubung yang mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh.

Baca juga: Uhamka: Hadirkan Pembelajaran PAUD yang Menggembirakan di Tengah Pandemi

Nutrisi dan stimulasi jadi kunci

Dalam kesempatan tersebut Prof. Anna menjelaskan tentang nutrisi dan perkembangan otak, yang di pengaruhi banyak faktor seperti intrinsik atau genetis dan ekstinsik seperti terpapar pada toksin, logam berat dan pengalaman positif atau negative (kekerasan/ terlantar) serta nutrisi.

Ia menjelaskan nutrisi pada janin akan memengaruhi perkembangan sel otak janin dan selanjutnya menentukan besarnya sel otak, komunikasi antar sel otak dan mempengaruhi perkembangan otak, gerakan, pertumbuhan dan fungsi kognisi.

Prof. Anna juga menjelaskan untuk transisi ke makanan padat yang perlu dihindari adalah memberi nasi sebelum 6 bulan akan karena akan menyebabkan alergi makanan, sedangkan makanan yang bisa diberikan pada bayi yaitu bubur beras, bubur kacang merah dan buah yang dihaluskan atau jus buah.

Dalam kesempatan sama dr Rachmat juga menjelaskan optimalisasi tumbuh kembang anak dengan nutrisi dini dan stimulasi dini.

Menurutnya, peran utama nutrisi dini dalam perkembangan otak anak usia dini adalah pembentukan, perbanyakan dan pematangan sel otak (mebesar otak dan saraf) selanjutnya pembuatan jaringan sirkuit otak (syaraf makin luas) dan percepatan aliran informasi antar sel otak.

Stimulasi dini atau pemberian pengalaman sensoris kepada anak perlu dilakukan sejak dini karena hal ini akan ditangkap indera anak untuk memperbanyak sinaps di dalam otak yang akan membentuk tatanan sirkuit otak.

Lebih jauh Rachmat menjelaskan menyusui ASI menjadi bentuk nutrisi dan stimulasi yang tak tergantikan dengan komponen lengkap; menyesuaikan dengan usia anak, kaya antibodi, selalu ada ketika dibutuhkan dan relatif steril tidak perlu diolah dan pastinya gratis.

Menyusui ASI juga melibatkan stumulasi melalui perabaan dan pembauan, selama menyusui ibu menyebarkan bau badan yang khas, bau badan ibu akan membentuk struktur otak khusus pembauan, otak bayi terlatih mengenali ibu dari bau badannya.

Yang terpenting, menyusui asi juga sebagai stimulasi tak tergantikan yang dapat membentuk interaksi sosial dan perilaku anak terhadap ibunya dari penglihatan, pendengaran, perabaan dan pembauan.

Baca juga: Buku Akhir Pekan, 365 Aktivitas PAUD hingga Solusi Anak Makan Sehat

Perkembangan fisik dan sosial emosional

Dari sisi perkembangan fisik dan motorik anak usia dini Octaviani Ranakusuma menjelaskan tahapan perkembangan yang dibagi menjadi; (1) usia 0-2 tahun sensomotorik, (2) 2-6 tahun adalah pra-operasional konservasi dan egosentrisme, (3) 6-11 tahun kongkret-operasional mulai dapat berpikir logis, serasi, klarifikasi dan reservibilitas.

Sementara dalam perkembangan sosial-emosional pada anak usia dini, berdasarkan penelitian Erik Erikson (1902-1994) Octa menjabarkan pembagian tahapan sebagai berikut;

0-12 bulan

  • Pengasuh responsif dan sensitif pada kebutuhan dasar anak.
  • Anak percaya bahwa lingkungan memberikan rasa aman dan nyaman, bila tidak anak akan mengalami rasa kecemasan.
  • Otonom vs malu/ragu

1-3 tahun

  • Belajar untuk mandiri dengan kemampuan motorik yang semakin baik.
  • Larangan akan membuat anak takut mencoba.
  • Self-esteem rendah, anak ragu dengan kemampuannya sendiri.
  • Belajar aturan sosial dan mulai berminat berinteraksi dengan orang lain.

3-6 tahun

  • Mengembangkan inisiatif dalam interaksi sosial dan bermain (percaya diri).
  • Belajar memahami emosi diri dan orang lain.
  • Kecendrungan untuk bermain.
  • Membangun kepercayaan diri vs inferior

7-12 tahun

  • Percaya diri dengan kemampuan.
  • Mulai berkompetensi dengan teman-teman sebayanya di berbagai bidang
  • Bila merasa tidak mampu berkompetensi akan merasa rendah diri (Inferior)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com