Tuntutan orangtua terhadap anak – sebagaimana juga halnya pada pendidikan formal - tidak statis tetapi terus dinamis seiring dengan bertambahnya usia.
Anak yang lebih muda diperkenalkan dengan nilai/sikap misal bekerja sama secara sederhana. Lebih besar sedikit diharapkan mampu berkontribusi secara aktif tanpa disuruh.
Semakin dewasa diharapkan dapat berkontribusi secara efektif dengan menggalang dan menginisiasi kerja sama dalam keluarga.
Demikian juga halnya dengan pengetahuan dan keterampilan, setiap keluarga mengharapkan anak tumbuh mulai dari tingkat yang sederhana, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara aktif, dan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilki secara efektif.
Baca juga: Hardiknas 2020, Guru Diajak Berinovasi dan Adaptif Terhadap Perubahan
Ini juga merupakan bukti bahwa setiap rumah tangga juga memiliki kurikulum. Walau tidak secara sistematis dan formal tersusun, kurikulum itu setidaknya terdapat pada pikiran, harapan, dan tuntutan orangtua terhadap anak-anak mereka.
3. Evaluasi
Setiap keluarga juga akrab dengan evaluasi karena mereka senantiasa juga mengevaluasi perkembangan anak-anak mereka. Walau kadang-kadang bersifat subjektif, setiap keluarga mampu menemukan kelemahan dan kekuatan yang dimiliki setiap anak mereka.
Untuk menjadi guru yang baik bagi anak-anak, ada beberapa hal yang Ayah/Ibu perlu pelajari dan dalami yakni :
Sebagian dari strategi ini sebenarnya sudah Ayah/Ibu miliki, sekarang tinggal mengaktualisasikannya lebih terarah dan maksimal dalam kehidupan anak-anak di rumah.
Menjadikan diri sebagai figur teladan untuk pengembangan karakter
Ayah/ibu lah yang paling mengetahui nilai/sikap apa yang lebih dulu diutamakan. Yang perlu menjadi pegangan adalah bagaimana menanamkan nilai/sikap itu agar benar-benar berkembang menjadi karakter pada anak.
Salah satu caranya adalah dengan memberi anak pengalaman yang baik tentang penerapan nilai tersebut. Misal nilai/sikap jujur. Ayah/Ibu perlu memberi pengalaman kepada anak diperlakukan secara jujur.
Dengan cara itu ia anak akan merasakan keuntungan dan rasa senang terhadap nilai tersebut sehingga anak dapat dipastikan akan mengapresiasi nilai tersebut. Apabila pengalaman baik ini terus menerus diberikan, maka anak akan menjadikan kejujuran sebagai karakter pribadinya.
Baca juga: Mendikbud Nadiem dan Najwa Shihab Diskusi di Hardiknas 2020, Ini Isinya
Ayah/Ibu tidak harus berpatokan pada kurikulum sekolah walau bagi yang ingin dan mampu hal itu boleh-boleh saja dilakukan.
Yang penting bagi Ayah/Ibu adalah mengenali diri sendiri untuk mengidentifikasi pengetahuan dan informasi yang dimiliki dan mulailah pembelajaran dari sana.