Oleh: Ariq Dmitri Andrei, PPI Perancis
KOMPAS.com - Sejak tanggal 17 Maret 2020, tepat pukul 12.00 siang, Perancis secara resmi memberlakukan lockdown nasional. Lockdown ini berlangsung selama lima belas hari dan dapat diperpanjang jika kondisi memburuk.
Pada 27 Maret, Perdana Menteri Perancis, Edouard Philippe mengumumkan, lockdown akan diperpanjang sampai dengan 15 April.
Seperti apakah rasanya menjalani lockdown di Perancis?
Berdasarkan pengalaman penulis, pergerakan warga di Perancis amatlah dibatasi, terutama pergerakan antar kota, transportasi umum darat, kereta antar kota, penerbangan internasional di Perancis dibatasi.
Banyak maskapai membatalkan penerbangannya. Bahkan, pada 31 Maret, Bandara Orly di Paris resmi ditutup untuk penerbangan komersial.
Namun, saat artikel ditulis, Bandara utama di Paris, Charles de Gaulle, masih beroperasi.
Para warga “terjebak” di kota masing-masing karena melakukan perjalanan ke luar Perancis cukup sulit, apalagi jika bukan memakai kendaraan pribadi.
Selain itu, berbagai negara tetangga Perancis seperti Jerman dan Spanyol juga sudah menutup perbatasannya. Hanya orang dengan alasan valid yang dapat bepergian.
Warga hanya boleh pergi keluar rumah jika mengantongi “Attestation de déplacement” (sertifikat bepergian). Sertifikat ini dapat diunduh di situs resmi Kementerian Dalam Negeri Perancis.
Untuk membuatnya cukup mudah dan cepat, cukup mengisi data diri, alasan kenapa Anda keluar rumah, dan durasi perjalanan di luar yang dibutuhkan.
Hingga saat ini, hanya ada tujuh alasan seseorang dibolehkan keluar rumahnya,
Dengan demikian, secara legal warga tidak diperbolehkan keluar rumah jika bukan karena alasan yang diizinkan pemerintah. Jika tertangkap keluar rumah tanpa alasan tersebut maka warga dikenakan denda.
Sebagian besar toko dan restoran ditutup. Persediaan makanan dan barang kebutuhan sehari-hari didapatkan dari supermarket, ia tetap buka seperti biasa.