Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Mahasiswa IPB Naik Turun Bukit untuk Kuliah "Online"

Kompas.com - 08/04/2020, 14:00 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Perkuliah daring (online) mau tak mau menjadi metode pembelajaran jarak jauh yang diterapkan oleh semua kampus di tengah wabah Covid-19, termasuk Institut Pertanian Bogor (IPB University).

Kini, hampir semua mahasiswa memiliki pengalaman sendiri terkait kuliah daring. Tak terkecuali bagi mahasiswa dari Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB University Idim Dimyati.

Idim merupakan mahasiswa dari desa Sindangwangi, Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak, Banten. Ia harus pulang ke rumahnya karena kebijakan "Partially Closed Down" yang diterapkan oleh IPB University terkait merebaknya Covid-19.

Jarak antara desa tempat tinggal Idim dengan pusat kota atau ibukota kabupaten Lebak mencapai 50 kilometer. Sehingga membuatnya tak mudah mencari sinyal internet.

Baca juga: Mahasiswa Unpad Berhasil Lulus Ujian Skripsi Online, Seperti Apa?

“Di sini aman, nyaman dan damai. Jauh dari ribuan informasi yang beredar tentang Covid-19. Ini karena sinyal internetnya tidak ada,” ujar Idim sambil tertawa, seperti dikutip dari laman IPB, Rabu (8/4/2020).

Setiap hari, Idim harus naik bukit di desanya. "Ritual" ini ia lakukan demi mendapatkan sinyal internet agar bisa mengikuti perkuliahan daring dengan lancar.

“Desa saya dikelilingi tiga bukit, jadi saya sulit akses jaringan internet. Tapi hal itu tidak memutuskan semangat saya untuk bisa terus mencari informasi dalam perkuliahan. Agar bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, saya pergi ke bukit-bukit," tutur Idim.

Bukit yang biasa Idim kunjungi ialah bukit di sebelah barat perkampungan. Setiap hari, lanjut Idim, ia akan pergi menuju bukit mulai dari jam 8.00 hingga pulang jam 17.00 waktu setempat.

Baca juga: Beasiswa YBM BRI untuk Mahasiswa S1, Berupa Tunjangan Bulanan

"Sebelum pergi, biasanya saya melakukan berbagai persiapan mulai dari persiapan buku untuk bahan kuliah, bekal makan, dan powerbank untuk charger smartphone,” ujarnya.

Tetap semangat dan besyukur

Selain medan yang berliku, Idim juga harus waspada dengan kondisi cuaca di desa. Menurut Idim, Ia pernah kehujanan hingga basah kuyup saat mengikuti kuliah daring.

Untungnya, saat itu dia tidak membawa terlalu banyak buku dan ada gubuk untuk berteduh. Selain basah diguyur hujan, kejadian lain yang sempat membuatnya takut adalah ada badai dengan petir besar.

Walau begitu, kondisi tersebut tidak membuat Idim surut semangat untuk belajar. Idim tetap semangat untuk melakukan aktivitas perkuliahan. Malah, Idim mengaku senang dengan perkuliahan daring ini.

“Di manapun kuliahnya jika kita melakukannya dengan ikhlas, Insya Allah itu akan jadi pahala buat kita. Untuk naik ke bukit, saya harus menempuh perjalanan selama 30 menit dari rumah dengan berjalan kaki. Kuliah online ada hikmahnya buat saya. Saya jadi bisa banyak belajar langsung dari alam, banyak hal menarik yang saya alami,” imbuhnya.

Dukungan untuk Idim pun berdatangan dari warga desa. Salah satu petani bernama Rois kerap memberikan semangatnya kepada Idim.

Baca juga: Beasiswa Biaya Kuliah untuk Mahasiswa S1, Hingga Rp 40 Juta Setahun

“Jangan pernah menyerah dek, kita memang orang kampung. Jangan merasa kita orang kampung kita tidak bisa bersaing dengan orang-orang kota. Buktikan kalau orang kampung juga bisa pintar dan maju. Kamu harapan kami, manfaatkan kesempatan dengan baik dan terus berusaha,” kata Rois memberikan semangat.

Selain berterima kasih atas dukungan warga desa, Idim juga menyampaikan apresiasi untuk para Dosen karena mencoba menerapkan berbagai metode untuk memudahkan jalannya perkuliahan.

"Bahkan dosen meminta saya untuk mengirimkan alamat lengkap tempat tinggal saya untuk memberi bahan kuliah dan bahan tugas pada saya. Alhamdulillah, setelah beberapa hari kuliah berjalan, pihak kampus juga membuat kebijakan memberikan bantuan biaya 150.000 rupiah per bulan untuk membeli paket data internet,” ujar penerima beasiswa Afirmasi Dikti 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com