KOMPAS.com - Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan YPM Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengembangkan ventilator atau alat bantu pernapasan yang dapat digunakan dengan mudah tenaga medis untuk pasien virus Corona.
Melonjaknya jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 menyebabkan rumah sakit di Indonesia kekurangan alat serta petugas medis khusus untuk menangani pandemi virus ini.
Di Indonesia, hingga 5 April 2020, telah ada 2.273 kasus Covid-19 dengan rincian 1.911 kasus dirawat, 164 orang sembuh, dan 198 orang meninggal.
Di tengah kekhawatiran pandemik Covid-19, hal yang menjadi perhatian utama adalah ketersediaan alat bantu medis, salah satunya ventilator.
Baca juga: Ketika Mahasiswa Kangen Kampus...
Alat ini dapat membantu pasien kesulitan bernapas mendapatkan asupan oksigen cukup. Namun di saat ini, tidak semua rumah sakit memiliki ventilator cukup, antara lain disebabkan harga ventilator sangat mahal.
Melihat kondisi tersebut, Tim diketuai Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) mengembangkan purwarupa produk ventilator darurat yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia).
Dosen dari Kelompok Keahlian Ketenagalistrikan yang juga merupakan pembina YPM Salman ITB, itu telah diminta mempresentasikan rencana pengembangan ventilator tersebut pada video conference dengan Wakil Menteri BUMN dalam agenda presentasi dan pembahasan alat ventilator.
“Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (jika pasien Covid-19 pada gejala klinis tahap 2), bukan diperuntukkan bagi pasien ICU,” ujar Jam’ah Halid selaku Manajer LPP Salman yang turut serta dalam pengembangan ventilator dikutip dari laman resmi ITB (3/4/2020).
“Pertemuan ini merupakan pertemuan kami yang ketiga dan tim dokter sangat mendukung pengembangan vent-I dan menyarankan terlebih dahulu untuk mengembangkan fungsi CPAP Continuous Positive Airway Pressure) yang saat ini dibutuhkan oleh pasien COVID 19,” jelas Jam’ah.
Fungsi CPAP pada ventilator tersebut dapat digunakan oleh pasien yang mengalami sesak namun masih dapat bernapas sendiri agar tidak sampai harus dirawat di ICU.
Baca juga: Universitas Sebelas Maret Solo Buat APD Berbahan Jas Hujan
Tindak lanjut setelah pertemuan tersebut adalah kementerian kesehatan menugaskan BPFK (Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan ) untuk melakukan serangkaian pengujian Vent-I.
Target awal dari Tim adalah membuat 100 buah Vent-I secara in house untuk disumbangkan ke Rumah Sakit yang membutuhkan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.