Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sejarawan UGM yang Ikut Verifikasi Keris Pangeran Diponegoro di Belanda

Kompas.com - 10/03/2020, 20:38 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo.

Keris itu diserahkan secara simbolis saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

Keris itu berwarna kuning di bagian sarungnya dan berwarna coklat di bagian gagang. Keris itu dipajang rapi dalam sebuah kotak kaca.

Sebelumnya, keris itu tersimpan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. Keberadaan keris tersebut sempat menjadi teka-teki setelah Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) bubar.

KKZ merupakan tempat koleksi khusus kabinet Kerajaan Belanda. Sebelum dikembalikan ke Indonesia, berbagai proses penelitian dilakukan oleh para peneliti Belanda maupun Indonesia untuk membuktikan kebenaran kepemilikan keris.

Baca juga: 150 Tahun, Jalan Panjang Keris Pangeran Diponegoro untuk Pulang

Salah satu peneliti yang terlibat dalam verifikasi keris Pangeran Diponegoro di Belanda adalah sejarawan Universitas Gadjah Mada, Dr. Sri Margana.

Dalam proses verifikasi di Bulan Februari 2020 ini, Sri Margana mengaku memiliki sedikit perbedaan pendapat dengan tim peneliti Belanda tentang salah satu dari tiga hewan yang diukirkan pada keris itu.

Tim sebelumnya menyatakan bahwa hewan ketiga itu adalah singa, harimau atau gajah.

Namun, setelah melihat langsung obyeknya, ia memastikan bahwa binatang yang diinterpretasikan sebagai gajah, singa atau harimau itu sebenarnya adalah Naga Siluman Jawa.

“Dari ukiran Naga Siluman Jawa ini saya berkeyakinan bahwa keris ini adalah keris Pangeran Diponegoro yang dinamai Naga Siluman itu. Kesimpulan saya diamini oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid, yang juga seorang sejarawan, Duta Besar RI untuk Belanda serta saudara Bonnie Triyana, sejarawan yang juga jurnalis yang menjadi bagian dari delegasi Indonesia,” papar Margana seperti dikutip dari website UGM.

Perjalanan Panjang Keris Pangeran Diponegoro

Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan secara  sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo.   Keris itu diserahkan secara simbolis saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat,  Selasa (10/3/2020). Biro pers setpres Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan secara sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo. Keris itu diserahkan secara simbolis saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

Pada kesempatan tersebut, Sri Margana menuturkan perjalanan panjang bagaimana Keris Pangeran Diponegoro ini.

Ia menceritakan, Museum Volkenkunde di Leiden sudah lama mencoba mencari Keris Diponegoro yang ada di koleksinya sejak tahun 1984.

Orang pertama yang melakukan upaya ini adalah Pieter Pott kurator museum dan kemudian menjadi Direktur Museum, kemudian diikuti oleh Prof. Susan Legene dari Frije Universiteit Amsterdam, Johanna Leifeldt (1917) dan Tom Quist (2019).

Dari penelitian empat peneliti itu ditemukan ada tiga keris yang diduga milik Pangeran Diponegoro.

Tahun 2019, peneliti lain Tom Quist sepakat dengan pendapat Johanna Leifeldt bahwa dua keris yang lain yang ditemukan oleh Pieter Pott dan Susan Legense dipastikan bukan keris Pangeran Diponegoro.

Kepastian bahwa keris Diponegoro ada di Belanda dibuktikan dari tiga dokumen penting, yaitu korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara tanggal 11-15 Januari 1831.

Dalam korespondensi itu disebutkan bahwa Kolonel J.B. Clerens menawarkan kepada Raja Belanda Willem I sebuah keris dari Diponegoro.

Baca juga: Hampir 2 Abad Ada di Belanda, Raja Willem Kembalikan Keris Pangeran Diponegoro ke Jokowi

Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKVZ). Setelah itu, pada tahun 1883 keris ini diserahkan ke Museum Volkenkunde Leiden.

Dokumen kedua adalah kesaksian dari Sentot Prawirodirjo yang ditulis dalam Bahasa Jawa kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Belanda.

Dalam surat itu, Sentot menyatakan bahwa ia melihat sendiri Pangeran Diponegoro menghadiahkan Keris Kyai Naga Siluman kepada Kolonel Clerens.

Dokumen ketiga adalah catatan dari Raden Saleh, pelukis yang pernah tinggal di Belanda dan melukis penangkapan Pangeran Diponegoro.

Catatan Raden Saleh ini dituliskan di bagian sisi kanan surat kesaksian Sentot Prawirodirjo. Dalam catatan itu, Raden Saleh yang telah melihat dengan mata kepala sendiri keris itu di Belanda menjelaskan makna Keris Naga Siluman dan ciri-ciri fisik keris itu.

Dari ketiga dokumen itu para peneliti di Belanda yakin bahwa keris koleksi Museum Volkenkunde Leiden dengan nomor seri 360-8084 lah yang dianggap paling mendekati dengan kesaksian tiga dokumen itu.

Pada bulan Januari 2020 Tim verifikasi dari Viena Austria, Dr. Habil Jani Kuhnt-Saptodewo yang diminta menverifikasi temuan tim Belanda itu menyatakan yakin bahwa Tom Quist dan Johanna Leijfeldt telah menghadirkan dokumen dan arsip arsip yang meyakinkan untuk menyatakan bahwa keris itu milik Pangeran Dipnegoro.

Setelah itu, bulan Februari 2020 ia diminta oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan untuk menverifikasi hasil temuan Provenant Research di Museum Volkenkunde Leiden itu, untuk memastikan bahwa keris itu milik Pangeran Diponegoro.

"Ini penting karena bukti sejarah tentang Pangeran Diponegoro semakin lengkap. Semoga ini nanti akan diikuti dengan pengembalian benda sejarah lainnya yang masih ada di Belanda," tegas Margana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com