Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Upaya Preventif Atasi Klitih Jogja, Tim UAD Gelar Psikoedukasi di SMA

KOMPAS.com - Di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sering terjadi tindakan klitih. Bahkan tak sedikit nyawa melayang akibat aksi klitih.

Sebenarnya apa itu klitih? Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito memberikan penjelasan.

Menurutnya, makna asli istilah klitih adalah kegiatan keluar rumah di malam hari untuk menghilangkan kepenatan.

Hanya saja, karena banyak anak-anak remaja yang keluar rumah di malam hari dengan tanpa tujuan, maka justru bisa menimbulkan tindakan kriminal.

Sehingga kini klitih Jogja sering diidentikkan dengan aksi kenakalan remaja yang berujung tindakan kriminalitas.

Upaya preventif atasi klitih Jogja

Terkait hal itu, Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Humaniora (PKM-RSH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) 2022 menyelenggarakan psikoedukasi dengan tema upaya preventif kasus klitih.

Ada empat variabel psikologi dari psikoedukasi tersebut yaitu regulasi emosi, asertif, empati, dan altruism, atau disebut resipatisme.

Handy Satria Yudha, M.Psi., Psikolog., didapuk sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. Adapun timnya terdiri dari Detty Putri Pratiwi Oktavia, Nur Azmi Zulhida, Laila Rachim, Ahmad Affan, dan Wulan Suci Fitrianingsih, dengan pendamping Sri Kushartati, S.Psi., M.A., Psikolog.

Mereka memilih metode psikoedukasi sebagai upaya penanganan komprehensif untuk mengelola emosi dan psikis remaja agar tidak menimbulkan dampak negatif dan perilaku agresif.

Untuk itulah tim dari UAD tersebut mengadakan kegiatan di salah satu SMA di Yogyakarta.

Turunkan agresivitas remaja

Sri Kushartati selaku pendamping menjelaskan bahwa psikoedukasi resipatisme penting sebagai bentuk intervensi untuk menurunkan agresivitas.

"Harapannya, metode ini bisa diterapkan pada siswa sekolah yang terindikasi memiliki tingkat agresivitas tinggi, yang ditandai dengan adanya tindak kekerasan seperti perundungan, perkelahian, dan klitih," terangnya dikutip dari laman UAD, Senin (12/9/2022).

Dikatakan, dengan penggabungan empat aspek utama variabel resipatisme, metode pelatihan yang sesuai juga dipilih untuk mendapatkan hasil yang efektif.

Melalui penerapan psikoedukasi, diharapkan remaja dapat lebih mampu mengenali emosi dan meregulasinya.

Mereka juga dilatih untuk menumbuhkan empati serta altruisme sehingga alih-alih menyakiti orang lain, mereka justru ingin menolong yang membutuhkan.

Dalam pelaksanaannya, para siswa remaja ini diajak untuk melakukan role play atau bermain peran agar dapat mengekspresikan dirinya secara tepat.

Tentu hal itu ditujukan agar mereka berani menolak ketika diajak melakukan hal-hal negatif.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/09/13/053700971/upaya-preventif-atasi-klitih-jogja-tim-uad-gelar-psikoedukasi-di-sma

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke