Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pelajar Pancasila, Solusi Bangsa

Dalam kurikulum terbaru, penguatan profil pelajar Pancasila masuk dalam struktur kurikulum dan mendapatkan prosentase alokasi jam pelajaran tersendiri.

Kenapa bergaung lagi istilah pelajar Pancasila? Apakah selama ini belum maksimal internalisasi nilai-nilai Pancasila khususnya pada generasi muda?

Tulisan ini akan membahas pembelajaran Pancasila dari masa orde baru sampai sekarang beserta relevansinya dalam menghadapi perkembangan zaman.

Pada masa orde baru internalisasi Pancasila dilakukan dengan penataran P4. Pada dunia pendidikan, penataran tersebut diberikan pada awal masuk sekolah menengah dan perguruan tinggi, seperti yang pernah penulis alami.

Kegiatan penataran berupa ceramah, diskusi dan presentasi makalah yang menurut penulis sudah berkualitas secara akademik.

Namun kegiatan penataran tersebut tidak memberikan hasil yang maksimal pada kehidupan sehari-hari. Dekadensi moral di kalangan anak muda masih terjadi.

Menurut penulis, beberapa faktor menjadi penyebab dari kegagalan penataran tersebut.

Pertama, tidak ada tindak lanjut dari penataran tersebut. Di dunia pendidikan, setelah penataran, materi Pancasila hanya dilanjutkan pada mata pelajaran dan mata kuliah tertentu saja seperti Kewiraan dan Pendidikan Moral Pancasila yang sekarang menjadi Pendidikan Kewarganegaraan.

Guru pun hanya mengajarkan materi tersebut secara teoritis dan murid diharuskan menghafal tanpa disuruh mempraktikkan.

Kedua, adanya hal yang bertolak belakang antara materi Pancasila dengan kenyataan yang dilihat pada kehidupan bernegara.

Pada penataran, peserta ditatar dengan nilai luhur Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila, tetapi di luar mereka melihat hal yang bertentangan.

Korupsi, kolusi, nepotisme marak terjadi. Hukum tidak selalu berpihak pada yang lemah dan masalah lainya.

Sikap skeptis dan apatis di kalangan generasi muda menjadi muncul karena melihat hal yang bertolak belakang tersebut.

Setelah orde baru tumbang, penataran P4 ditiadakan. Materi Pancasila dimasukkan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Siswa menghafal materi Pancasila dan diberikan contoh penerapanya, tetapi tidak ada kegiatan nyata dalam mempraktikkan nilai Pancasila tersebut.

Ada usaha untuk penanaman nilai-nilai Pancasila melalui RPP berkarakter yang dibuat guru. Namun tidak semua guru melaksanakan apa yang sudah dicantumkan dalam RPP tersebut. Banyak RPP dibuat hanya untuk kepentingan administrasi saja.

Jika pun dilaksanakan, tidak semua karakter dalam Pancasila dapat dimuat dalam RPP. Penanaman nilai Pancasila dalam setiap mata pelajaran hanya samar saja. Bahkan tidak dilaksanakan karena lebih mengutamakan materi pelajaran.

Kuantitas penanaman nilai-nilai Pancasila dalam setiap mata pelajaran tidak memadai.

Pada era kurikulum merdeka saat ini, internalisasi nilai Pancasila lebih dikuatkan dengan adanya proyek penguatan profil pelajar Pancasila.

Tidak seperti pada kurikulum sebelumnya, proyek tersebut masuk dalam struktur kurikulum.

Dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 menjelaskan bahwa alokasi pelaksanaan proyek tersebut mencapai 30 ri jam pelajaran per tahun untuk jenjang SMA/K, 25 persen untuk jenjang SMP/MTs, dan 20 persen untuk jenjang SD/MI.

Sedangkan pelaksanaanya dilakukan secara fleksibel, baik secara muatan maupun secara waktu pelaksanaan.

Sementara itu, untuk jenjang PAUD, pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila menggunakan waktu kegiatan di PAUD.

Setiap mata pelajaran memiliki alokasi khusus tersendiri untuk proyek penguatan pelajar Pancasila.

Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Nomor 009/H/KR/2022 menegaskan tentang enam dimensi profil pelajar Pancasila, yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.

Ke enam dimensi tersebut kemudian dijabarkan dalam elemen dan sub elemen yang ditanamkan pada siswa dari jenjang PAUD sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Dengan masuk kurikulum merdeka, penguatan nilai Pancasila pada siswa tidak hanya tersamar atau tidak langsung diajarkan, tetapi ada porsi jam tersendiri dalam pembelajaran. Dengan begitu kegiatanya akan lebih fokus dan memberikan hasil yang lebih baik.

Penguatan dalam bentuk proyek di mana siswa terlibat langsung dalam kegiatan dengan arahan dari guru sebagai fasilitator.

Penguatan Pancasila dilakukan dalam setiap jenjang pendidikan secara berkesinambungan sehingga sebelum ke jenjang yang lebih tinggi, siswa sudah memiliki dasar yang kuat.

Diharapkan setelah lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, siswa memiliki karakter Pancasila yang kuat untuk terjun ke masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke universitas, politeknik maupun akademi.

Generasi muda dengan kemampuan enam dimensi pelajar Pancasila merupakan jawaban terhadap tantangan zaman yang bekembang dengan pesat.

Siap bersaing dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi memiliki akhlak mulia.

Kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif akan membantu generasi muda beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Selain itu memiliki sikap toleransi keragaman bangsa yang akan memperkuat persatuan di antara keragaman suku, adat dan budaya.

Pelajar Pancasila adalah pelajar yang mandiri. Mandiri diartikan memahani akan diri sendiri dan situasi yang dihadapi serta memiliki pengendalian diri yang mumpuni.

Pelajar akan memahami kelemahan dan kelebihan dirinya sehingga memahami apa yang harus diperbaiki dan ditingkatkan.

Selain itu, pelajar akan memahami situasi yang berkembang terkini kemudian dapat menentukan apa yang dibutuhkan pada dirinya.

Kemandirian siswa akan berimbas pada kemajuan siswa sebagai individu dan bangsa. Kemandirian dibutuhkan pada saat siswa terjun ke masyarakat baik itu sebagai pegawai atau pengusaha.

Kemandirian akan membuat sesorang percaya diri, pantang menyerah, siap keluar dari zona nyaman untuk mengembangkan dirinya. Berani ambil risiko untuk suatu peningkatan pencapaian tetapi tetap perhitungan.

Tidak semua budaya luar negeri sesuai dengan budaya kita. Oleh karena itu, nilai-nilai luhur itu tetap harus dipegang.

Dalam dimensi pelajar Pancasila, dimensi kebhinekaan dan gotong royong mewakili budaya kita tersebut.

Pemahaman akan kebhinekaan akan memupuk toleransi terhadap perbedaan bangsa sehingga meningkatkan rasa persatuan.

Sikap gotong royong sebagai budaya bangsa akan menjauhkan generasi muda dari sikap individualis yang merupakan ciri dari liberalisme dunia barat.

Sikap sikap tersebut di atas ditanamkan dalam institusi pendidikan melalui pembelajaran.

Walaupun pilar pendidikan ada tiga; sekolah, masyarakat dan keluarga, sekolah tetap memegang peranan penting.

Tidak semua keluarga mampu dan cukup waktu untuk memberikan pendidikan nilai-nilai Pancasila.

Oleh karena itu, adanya proyek penguatan pelajar Pancasila bak oasis di tengah padang pasir yang harus didukung oleh semua pihak.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/05/25/073000971/pelajar-pancasila-solusi-bangsa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke