Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Juarai Kompetisi Riset Tanoto Foundation, Ini Inovasi Para Mahasiswa

KOMPAS.com - Tanoto Foundation, sebagai lembaga filantropi independen di bidang pendidikan peduli dengan upaya peningkatan kapasitas kepemimpinan di kalangan generasi muda dan perguruan tinggi melalui berbagai metode termasuk pendekatan riset.

Salah satu program strategis yang dijalankan Tanoto Foundation dalam mendorong budaya riset di kalangan mahasiswa adalah Tanoto Student Research Award (TSRA) yang rutin diadakan setiap tahun.

TSRA merupakan program dana hibah tahunan untuk penelitian/riset di perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation dan terbuka untuk setiap mahasiswa di perguruan tinggi yang bekerja sama.

TSRA juga merupakan rangkaian dari program Teladan, sebuah program kepemimpinan berjenjang dan terstruktur, memfasilitasi penerima manfaat yang ada di ekosistem pendidikan tinggi di Indonesia agar bisa bersinergi dan berkolaborasi guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.

Ragam inovasi riset para mahasiswa

Pada tahun 2021, telah terpilih sebanyak 54 proposal penelitian dalam lima kategori yang didanai melalui program TSRA.

Proposal yang didanai di semua perguruan tinggi mitra tersebut dikumpulkan untuk dikompetisikan di tingkat nasional. Tuan rumah TSRA tingkat Nasional di tahun 2021 kembali kepada IPB University, setelah menjadi tuan rumah tahun 2020 lalu.

Setelah melalui proses penilaian, ditentukan pemenang untuk masing-masing kategori. Kelima kategori tersebut adalah Science Research, Appropriate Technology, Social Research, Business and Entrepreneurship, serta Social Empowerment.

Kategori Science Research dimenangkan oleh kelompok dari Universitas Indonesia (UI) dengan penelitian “Studi Pendahuluan Mekanisme Sensor Teofilin dari Theobroma Cacao sebagai Detektor SARS-Vov-2 secara in Silico”.

Dilansir dari Kompas.com, dalam acara media briefing usai penganugerahan penghargaan TSRA 2021 secara daring melalui Zoom, Selasa (25/1/2022), Hanif selaku ketua tim mengatakan, timnya menggunakan metode elektrokimia untuk membuat alat pendeteksi Covid-19.

“Sensor elektrokimia ini sangat cepat dan mudah. Hanya (membutuhkan waktu) 10 menit, akan terlihat hasilnya,” kata Hanif.

Ia menjelaskan, proses awal pembuatan alat pendeteksi Covid-19 dilakukan dengan melakukan uji komputasi untuk menyeleksi jenis senyawa yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19.

Adapun pada kategori Appropriate Technology, kelompok mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan penelitian berjudul “Alat Pendeteksi Apnea Tidur Real Time melalui Pemantauan Aliran Nafas dengan Sensor Mekanik Nonivasif untuk Mencegah Risiko Penyakit Kardiovaskular” berhasil menjadi pemenang.

Kelompok ini terdiri dari Alifia Zahratul Ilmi, Eraraya Morenzoe Muten, Muhammad Fairuziko Nurrajab, Kayyiza Zahratulfirdaus.

Alifia selaku ketua kelompok peneliti menyampaikan, timnya mencoba menggali lebih dalam tentang masalah tidur yang kerap dialami masyarakat. “Kadang kita menganggap bahwa suara dengkuran itu tanda bahwa seseorang tidurnya nyenyak. Padahal, di balik suara dengkuran itu sebenarnya ada suatu hal yang membahayakan,” jelas Alifia.

Ia memaparkan, timnya ingin mencegah penyakit gangguan tidur yang parah dengan cara menggunakan alat pendeteksi apnea tidur. Alat ini akan mendeteksi penyakit melalui suara dengkuran seseorang.

Pemenang pada kategori Business Entrepreneurship jatuh pada kelompok mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri dari Ita Widya S Bancin, Intan Fitria Mahmud, Lee Roy Akbar, Muhammad Ridwansyah Matondang, dan Unggul Oktaviani Maranto. Adapun penelitian dari kelompok ini berjudul, “Maroest: Suplemen Kesehatan Berbahan Sarang Burung Walet sebagai Alternatif ASI Booster dengan Fortifikasi Ekstrak Daun Katuk dan Roselia”.

Ita Widya selaku ketua kelompok menyampaikan, timnya menciptakan minuman kesehatan yang terbuat dari sarang burung walet.

“Kami membuat minuman kesehatan dari sarang burung walet dengan fortifikasi daun katuk untuk mencegah penyakit stunting,” kata Ita.

Ita menyebutkan, 70 persen sarang burung walet di Indonesia masih diekspor. Karenanya, sebagai generasi muda, ia dan timnya ingin memanfaatkan produk lokal bernilai tinggi seperti minuman burung walet untuk kesehatan.

Pemenang kategori Social Empowerment di ajang TSRA 2021 jatuh kepada kelompok peneliti dari IPB yang terdiri dari Lu'lu' Firdausi Haqiqi, Garnieta Febrianty Utami, Setia Wahyuningtyas, Sahaya Aulia Azzahra, dan Siti Syifa Setia Ningrum.

Judul penelitian kelompok ini adalah “Koin Hijau sebagai Media Partisipasi Masyarakat dalam Pelestarian Lingkungan untuk Mencapai Permukiman yang Sehat dan Berkelanjutan Berbasis Webgis di Kelurahan Cibubur”.

“Kenapa kami mengambil konsep virtual community? Selain karena pandemi Covid-19, kami ingin bisa menjangkau (komunitas) lebih luas. Karena ketika melakukan secara virtual, kami bisa mengumpulkan orang dari berbagai daerah,” kata Lu'lu' selaku ketua kelompok.

Ia mengatakan, timnya telah melakukan sosialisasi zero waste bagi ibu-ibu rumah tangga (RT) yang tersebar di tujuh kecamatan di Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar) dan mendirikan dua bank sampah untuk keperluan kegiatan.

Lu’lu’ mengaku para peserta yang tersebar di kurang lebih 16 titik lokasi sangat antusias selama mengikuti kegiatan dalam komunitas virtual. Ia bercerita, timnya memberikan pembinaan dan pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga.

Nantinya, ibu-ibu tersebut akan melakukan sosialisasi pengelolaan sampah di daerah masing-masing.

Adapun pemenang pada kategori Social Research berasal dari kelompok mahasiswa peneliti asal UI yang terdiri dari Tasya Oktaviani selaku ketua kelompok, serta Retno Ramadhani dan Andini Dwi Khairunnisa Daulay selaku anggota.

Penelitian dari kelompok ini berjudul “Pemodelan Spasial Jalur Evakuasi Bencana Banjir Berdasarkan Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten Sungai Hulu Tengah”. Mewakili Tasya, Andini menyampaikan, kelompok penelitianya melakukan riset bidang sosial terkait bencana banjir.

Ia mengatakan, kelompoknya menganalisis mitigasi banjir dan proses adaptasi masyarakat yang terdampak banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan (Kalsel).

TSRA dilanjutkan di tahun 2022

Head of Leadership Development & Scholarship Tanoto Foundation, Aryanti Savitri mengatakan, sesuai dengan komitmen untuk mendorong budaya riset di kalangan mahasiswa, program TSRA akan kembali dilanjutkan pada tahun 2022.

Institut Teknologi Bandung akan menjadi tuan rumah berikutnya. Di tahun ini, TSRA akan mengusung konsep baru, yakni kolaborasi. Artinya, para peneliti bisa berkolaborasi dengan peneliti dari kampus lain dan multi disiplin ilmu.

“Jadi akan ada shifting konsep dari kompetisi menjadi kolaborasi. Kita berharap dari proses ini dapat lahir terobosan-terobosan inovatif yang bermanfaat,” ucapnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/01/27/163000371/juarai-kompetisi-riset-tanoto-foundation-ini-inovasi-para-mahasiswa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke