Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenang "Mas Gion", Catatan Kecil Pendidik dan Seniman Grafis Indonesia

KOMPAS.com - Institut Kesenian Jakarta (IKJ), khususnya Fakultas Seni Rupa dan Desain (FRSD) kehilangan tokoh pelopor gerakan seniman Indonesia baru dan juga yang membidani lahirnya Asosiasi Desain Grafis Indonesia: Wagiono Sunarto atau yang akrab disapa "Mas Gion" pada 13 Januari 2022.

Sapaan "mas" dan "mbak" kepada seorang dosen memanbg sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan dalam proses pembelajaran di FSRD IKJ.

Jenjang karir akademik Mas Gion di IKJ dilewati bertahap dan panjang; menjadi dosen, kemudian menjadi Ketua Studio Desain Grafis, Pembantu Dekan I, Dekan FSR IKJ selama dua periode, Wakil Rektor Bidang II (Akademik), sampai akhirnya menjadi Rektor IKJ dua periode (2009-2013; 2013-2016).

Selain itu, Mas Gion juga turut membidani pendirian Pasca Sarjana IKJ berbasis urban di tahun 2005 dan sempat menjabat sebagai Direktur Pasca Sarjana selama dua tahun.

Lahir di Bandung 20 Mei 1949, besar di Jakarta. Sejak kecil sudah senang dengan dunia gambar menggambar. Saat SMP, Mas Gion belajar menggambar di Sanggar Pak Ooq yang sering mengisi program acara menggambar di TVRI.

Masuk ke Departemen Seni Rupa ITB di tahun 1969, bersama Jim Supangkat, Djojo Gozali, Bambang Prasetyo, membidani lahirnya kegiatan Pasar Seni Rupa ITB yang dilakukan secara rutin sampai saat ini.

Dan tak banyak yang tahu, bahwa mas Gion adalah salah seorang yang terlibat dalam Gerakan Seni Rupa Baru di tahun 1975. GSRB yang menjadi salah satu tonggak sejarah berkembangnya seni rupa kontemporer di Indonesia.

Selain gelar sarjana FSRD ITB pada tahun 1975, DR. Wagiono Sunarto, M.Sc menyelesaikan studi Communication Design di Pratt Institute New York, Amerika tahun 1983, kemudian menyelesaikan disertasi (Program Doktoral) Bidang Sejarah di Universitas Indonesia.

Sangat dekat dengan mahasiswa

Wagiono Sunarto adalah seorang pendidik dan praktisi seni yang mempunyai peran besar dalam mengembangkan Program Studi Desain Komunikasi Visual di FSRD IKJ.

Bersama S. Prinka, kakak kelasnya di FSRD ITB, yang lebih dulu mengajar di LPKJ, Mas Gion membentuk bidang studi Desain Grafis di tahun 1977. Setahun kemudian, tahun 1978, turut bergabung Priyanto Sunarto, kakak aslinya mas Gion.


Trio inilah yang mengembangkan dan mematangkan program pendidikan yang sekarang menjadi Program Studio Desain Komunikasi Visual FSRD IKJ.

Dalam mengajar, selain materi yang menjadi standar pembelajaran, mas Gion banyak memasukkan hal-hal yang terkait dengan pekerjaannya sebagai seorang profesional untuk menjadi bahan studi.

Dengan demikian, banyak hal yang menarik untuk dibahas dan dikembangkan sebagai studi kasus dalam ilmu komunikasi visual.

Mas Gion menyadari, bahwa ilmu komunikasi visual selalu berkembang terus terkait dengan situasi dan kondisi di masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa dapat terus mendapatkan data up to date.

Bahkan seringkali mahasiswa dilibatkan dengan pekerjaan yang dilakukan Mas Gion. Ini sekaligus menjadi sarana praktik langsung dalam materi pembelajaran.

Ini juga yang menjadikan Mas Gion sangat dekat dekat mahasiswanya, ruang komunikasi yang dibangun tidak hanya di pendidikan formal, tapi bisa juga terjadi dalam pekerjaan dan ruang informal.

Sebagai profesional, Mas Gion sudah banyak menghasilkan pekerjaan yang berhubungan dengan keahliannya, antara lain penanganan rancang desain informasi di Museum Olah Raga TMII (1989), Museum Lemigas (1989), Anjungan DKI Jakarta, Pameran Produksi Indonesia (tahun 1995 dan 2003), Paviliun Indonesia di EXPO Aichi, Jepang (2005), Paviliun Indonesia untuk EXPO Saragoza, Spanyol (2008), display pameran di Museum Asia Afrika di Bandung, dan Museum Provinsi Sumatera Utara.

Mengembangkan dunia animasi

Selain itu, Mas Gion mengembangkan keahlian menggambarnya ke animasi. Sejak 1975, mas Gion berprofesi animator di beberapa perusahaan, seperti Anima Indah Jakarta, Pasutama Indah Jakarta, Nusa Anima Film.

Sampai akhir hayatnya, mas Gion berkeinginan untuk terus mengembangkan animasi yang menurutnya berpotensi sebagai industri potensial. Ditambah perkembangan teknologi komunikasi digital, yang memungkinkan proses kerja animasi dapat lebih berkembang.

Dekan FSRD IKJ Anindyo Widito, melalui rilis resmi yang diterima Kompas.com (16/1/2022) memiliki pengalaman mendalam dan berkesan terhadap almarhum Mas Gion.

Dito sempat menjadi mahasiswa Wagiono saat di Pasca Sarjana IKJ.

"Di mata saya hanya ada 3 kata yang cocok buat Mas Gion, yaitu, humble, funny and smart. Beliau sangat dekat dengan mahasiswa, dan sesama dosen. Bahkan mahasiswanya pun tak segan menyapanya dengan "Mas Gion". Baik banget, senang berbagi, tidak pelit ilmu," ungkap Dito.

Pernah dalam satu kegiatan pameran belum lama ini, lanjut Dito, Beliau membawa sendiri karyanya kepada Dito. Padahal bisa saja minta stafnya untuk menyerahkan ke Dito.

"IKJ sangat kehilagan tokoh hebat yang menjadi pelopor gerakan seniman indonesia baru dan juga membidani lahirnya asosiasi desain grafis indonesia. Dunia seni desain grafis dan Seni Rupa IKJ khususnya sangat kehilangan," pungkas Dito haru.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/01/16/144415371/mengenang-mas-gion-catatan-kecil-pendidik-dan-seniman-grafis-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke