Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lahirkan Peneliti Muda Sains Teknologi, Guru: Bukan Menghafal dan Merangkum

KOMPAS.com - Menciptakan suasana belajar sains yang menyenangkan saat pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Salah satunya dengan menghadirkan diferensiasi dan metode menyenangkan dalam pemetaan belajar anak. Cara ini, membuat anak akan lebih dekat dengan sains, mampu mendorongnya untuk membuat inovasi dan menjadi peneliti muda.

Sekolah Cikal misalnya, penerapan pembelajaran berbasis kompetensi banyak melahirkan peneliti muda di bidang sains dan teknologi yang menciptakan ragam inovasi.

Beberapa contoh murid yang berhasil lahir sebagai peneliti muda antara lain Pandu Saputra dan Bening Hati Manggali yang berhasil membuat aplikasi bernama Loqee untuk membantu orang tua mengawasi penggunaan gadget anak-anak mereka dan memperoleh juara 2 Kompetisi Peneliti Muda Surabaya pada tahun 2019.

Selain Pandu dan Bening, ada pula Hisyam Darius Haffian Amadeo yang sukses membuat purwawuka (prototype) baterai ramah lingkungan pada April 2021.

Di tahun ini, Hisyam pun berhasil meraih juara ke-3 di kompetisi peneliti muda se-Jawa Timur dan melangkah ke tingkat nasional dengan membawa proyek risetnya “Heira (Healing Respirator)”.

Kiat guru dan sekolah lahirkan peneliti muda

Pendidik Sains Sekolah Cikal Surabaya, Rani mengatakan dalam proses pembelajaran daring setiap anak tidak diberikan tugas menghafal atau merangkum, melainkan membuat proyek yang menyesuaikan kompetensi mereka terkait tema pembelajaran saat itu.

Pendekatan belajar sains pun dikatakannya berbeda dari sekolah pada umumnya, yakni dengan tidak meminta murid menghafal nama-nama organ dan fungsinya, melainkan dengan merefleksikan dan mengaitkannya dengan kebiasaan sehari-hari.

"Murid-murid diberikan kebebasan dalam membuat proyek menyesuaikan kompetensi mereka, baik dengan membuat video, atau menulis. Dan guru memberikan diferensiasi dalam penyajian hasil eksperimen murid dari rumah," ucapnya dalam keterangan tertulis, Kamis (25/11/2021).

Proses pembelajaran sains di sekolah, lanjut dia, sebenarnya itu terletak pada pemahaman dan keinginan untuk menghubungkan kondisi sekitar secara kontekstual dan menciptakan inovasi kondisi sesuai kondisi terkini.

Ia pun menambahkan bahwa dalam proses belajar saat ini, guru semakin tertantang untuk mendorong anak-anak menerapkan sains di keseharian mereka di rumah.

"Kami di Cikal berupaya mengajarkan tentang berpikir kritis untuk meningkatkan inkuirinya, tidak menghafal tapi lebih memahami. Baik itu sistem tubuh, pernapasan, makhluk hidup, dan sebagainya. Jadi, bukan hanya berdasarkan konten materi (content based), melainkan studi kasus (study case),” tambah Rani.

Rani pun mengilustrasikan cara pembelajaran Sains seperti pada program Sains kelas 1 sekolah dasar yang dimulai dari belajar hal terdekat dan sehari-hari agar lebih dimaknai oleh murid.

"Seperti sumber alam, manusia itu butuh apa untuk hidup Matahari misalnya, kenapa, dan jika tanpa matahari bagaimana? Kemudian, jika air, kalau ada air bagaimana hidup kita, ya? Lalu, kalau tidak bagaimana?” cerita Rani.

Menurut Hasto Pidekso, Kepala Sekolah Cikal Surabaya, dalam aktivitas kelas, kompetensi pengerjaan proyek selalu ada dalam setiap program sehingga murid dapat memilih program atau kriteria yang sesuai minat.

"Jika dikatakan Sekolah Cikal melahirkan peneliti muda Indonesia, saya setuju. Mengingat murid-murid terbiasa dalam aktivitas kelas, kompetensi pengerjaan proyek selalu ada dalam setiap program sehingga murid dapat memilih program atau kriteria yang sesuai minat. Topik yang dipilih juga sangat dekat dan aplikatif, bukan sekedar konsep atau teori,” jelas Hasto.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/26/062713971/lahirkan-peneliti-muda-sains-teknologi-guru-bukan-menghafal-dan-merangkum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke