Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menko PMK Minta Unej Berpartisipasi dalam Penanganan Stunting

KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta agar Universitas Jember (Unej) turut membantu pemerintah menangani masalah stunting atau anak kerdil.

Pernyataan ini disampaikan Muhadjir Effendy saat memberikan orasi secara daring dalam peringatan Dies Natalis ke-57 Universitas Jember.

Permintaan ini salah satunya berdasarkan pada keberhasilan Universitas Jember melakukan program Kuliah kerja Nyata (KKN) tematik penanganan stunting sejak tahun 2018.

Menko PMK dorong Unej turut tangani stunting

Keberhasilan KKN tematik penanganan stunting ini telah dipresentasikan Rektor Universitas Jember pada ajang Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting pada 23 dan 24 Agustus 2021 silam.

"Pemerintah menargetkan angka stunting yang saat ini masih di angka 27 persen, pada tahun 2024 nanti akan turun menjadi di bawah angka 14 persen. Sebuah target yang berat tapi bukan misi yang tidak bisa dicapai," kata Muhadjir Effendy seperti dikutip dari laman Unej, Sabtu (13/11/2021) .

Menurut Muhadjir Effendy, target ini bisa dicapai tentunya dengan gotong royong dan kerjasama semua pihak termasuk di dalamnya dunia perguruan tinggi.

Salah satunya Universitas Jember yang sudah berpengalaman melaksanakan KKN tematik penanganan stunting.

Penanganan stunting mempengaruhi masa depan bangsa

Menurut Menko PMK, penanganan stunting pada 1.000 hari kehidupan pertama seorang anak harus mendapatkan perhatian serius. Pasalnya hal ini menentukan nasib masa depannya dan masa depan bangsa juga.

Dari laporan Bank Dunia tahun 2020 lalu, 54 persen angkatan kerja Indonesia ternyata pernah mengalami stunting.

"Kondisi ini membuat angkatan tenaga kerja kita sulit bersaing di pasar kerja. Jika kita gagal mengatasi stunting maka bonus demografi yang semula diproyeksikan akan dinikmati pada tahun 2045 akan gagal dan Indonesia akan masuk ke dalam middle income trap," tegas Menko PMK.

Muhadjir Effendy menerangkan, hantaman pandemi Covid-19 membuat laju perekonomian melambat, dampaknya kini ada kurang lebih 9 juta orang pengangguran di Indonesia.

Sementara itu setiap tahun ada tambahan 3,6 juta angkatan kerja baru dimana 1,8 juta orang adalah lulusan perguruan tinggi.

Siapkan lulusan perguruan tinggi bersaing di dunia kerja

Mengantisipasi hal ini, tentunya perguruan tinggi harus mempersiapkan lulusannya agar mampu bersaing di dunia kerja, termasuk membekali lulusan dengan kemampuan berwirausaha.

"Sesuai program Presiden Jokowi di masa kepemimpinannya yang kedua yang memberikan prioritas pada pembangunan sumber daya manusia yang profesional, produktif, berdaya saing dan berkepribadian kuat," ungkap Menko PMK.

Kesehatan dan pendidikan tak bisa dipisahkan

Muhadjir Effendy menegaskan, penanganan stunting dan mengatasi pengangguran menjadi tanggung jawab bersama, termasuk dunia pendidikan tinggi. Pasalnya kesehatan dan pendidikan bak dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

"Saya mengapresiasi pemilihan tema Dies Natalis ke-57 Universitas Jember yang mengambil tema Kampus Gotong Royong Untuk Indonesia Tangguh, sebab sesuai ajaran Presiden Soekarno, gotong royong adalah intisari dari Pancasila atau ekasila," tandas Muhadjir Effendy.

Rektor Universitas Jember Iwan Taruna menambahkan, Universitas Jember memiliki sumber daya manusia dengan berbagai kepakaran dan latar belakang yang beragam.

"Saya membayangkan jika kita semua bisa bergotong royong maka Insyaallah rintangan apapun bisa dilalui. Istilahnya work in harmony, nurturing the future. Kita akan rawat, jaga dan kembangkan warisan dari seluruh pendahulu kita termasuk pencapaian para rektor sebelumnya sebagai usaha continous quality improvment," terang Rektor Unej.

Rektor menargetkan, Unej bisa segera masuk daftar perguruan tinggi kluster satu di Indonesia versi Kemendikbud Ristek.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/14/073200671/menko-pmk-minta-unej-berpartisipasi-dalam-penanganan-stunting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke