Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mahasiswa ITS Teliti Kualitas Udara di Jawa Saat Pandemi, Ini Hasilnya

KOMPAS.com - Adanya pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan pada kehidupan manusia. Semua orang dianjurkan mengurangi kegiatan di luar rumah dan menghindari kerumunan untuk mencegah penularan Covid-19.

Bahkan rutinitas seperti bekerja di kantor pun mengalami perubahan dan diganti dengan Work From Home (WFH). Sama halnya dengan kegiatan sekolah dan kuliah pun diganti dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Saat kasus Covid-19 melonjak drastis beberapa waktu lalu, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan perintah dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Teliti kualitas udara di pulau Jawa selama pandemi

Tanpa disadari, kebijakan ini juga berdampak pada kualitas udara pada suatu daerah. Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Moh Faisal meneliti kualitas udara di Pulau Jawa sejak Januari 2020 hingga Juli 2021.

Mahasiswa Departemen Teknik Geomatika ITS ini terkejut dengan hasil temuan dari penelitiannya. Pasalnya, kualitas udara di Indonesia fluktuatif dan tidak terus menurun di masa pandemi Covid-19 saat mobilitas warga dibatasi.

"Pada penelitian ini saya menggunakan indikator gas nitrogen dioksida (NO2) dan karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran kendaraan bermotor serta pemantauan terhadap ozon (O3)," kata Faisal seperti dikutip dari laman ITS, Sabtu (6/11/2021).

Mobilitas masyarakat masih tinggi

Grafik yang didapatkan menunjukan mobilitas masyarakat masih tinggi pada periode tertentu, misalnya pada masa liburan.

Hal tersebut membuat Faisal menyimpulkan, penerapan kebijakan pemerintah pada masa pandemi Covid-19 belum maksimal.

Mahasiswa angkatan 2018 ini mendapatkan data berdasarkan hasil penginderaan jauh satelit Sentinel 5P milik Corpenicus. Selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Google Earth Engine.

"Cara ini dapat mengolah citra satelit secara daring dengan menggunakan bahasa pemrograman JavaScript dan Phyton," terang Faisal.

Menurut Faisal, data diolah dan ditampilkan dalam bentuk grafik pada setiap bulan. Selanjutnya, data tersebut diolah kembali sesuai kaidah kartografi. Seperti penambahan legenda dan informasi peta.

"Kemudian dilakukan uji korelasi dengan data BMKG untuk mengetahui pengaruh data tersebut terdapat gas polutan," ungkap Faisal.

Dipresentasikan saat acara 2021 IEEE AGERS

Lebih dari hal itu, Faisal berhasil melakukan integrasi hasil Google Earth Engine Apps dengan uji korelasi data yang diolah di Microsoft Excel dengan membangun website.

"Sistem informasi gas polutan dan monitoring berbasis web merupakan langkah efektif dan efisien dalam menyampaikan informasi," imbuhnya.

Hasil perancangan website diunggah secara daring dengan menggunakan GitHUB. Selama proses penelitian berlangsung, Faisal dibimbing dosen Departemen Teknik Geomatika ITS, Rohmaneo Darminto dan Hartanto Sanjaya dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN). Selain itu, salah satu teman kelompoknya, Kukuh Adi Prakoso juga turut membantu penelitian ini.

Penelitian ini berhasil dipresentasikan dalam acara 2021 IEEE Asia-Pasific Conference On Geoscience, Electronics and Remote Sensing Technology (AGERS) yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dalam konferensi tersebut, penelitian Faisal mendapatkan komentar mengenai data yang masih kurang representatif karena hanya menggunakan uji validasi BMKG.

"Kedepannya saya akan mengumpulkan data lebih banyak lagi agar lebih representatif," tutup Faisal.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/07/070100871/mahasiswa-its-teliti-kualitas-udara-di-jawa-saat-pandemi-ini-hasilnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke