Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Guru Besar Undip: Karagenan Rumput Laut untuk Makanan dan Obat

KOMPAS.com - Saat ini, rumput laut Indonesia belum maksimal pemanfaatannya. Padahal, rumput laut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, kandungan karagenan yang banyak dipakai sebagai zat aditif pada makanan bahkan untuk obat hayati.

Demikian diungkapkan Prof. Dr. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si., saat menyampaikan orasi pengukuhannya sebagai guru besar Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip), Kamis (28/10/2021).

Dijelaskan, berawal dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukannya membuat dirinya tergerak untuk mendalami potensi rumput laut.

"Sangat disayangkan jika rumput laut Indonesia kurang maksimal dalam meningkatkan perekonomian," ujarnya seperti dikutip dari laman Undip.

Karenanya, Prof. Aji yang saat ini menjabat sebagai Ketua Laboratorium OTK dan Proses Teknik Kimia FT Undip menyarankan dilakukannya proses pengolahan untuk mendapatkan nilai keekonomian yang lebih baik.

Pengolahan rumput laut menjadi karagenan akan meningkatkan nilai ekonomi produk. Jika dijual dalam bentuk rumput laut kering harganya sekitar Rp 8.500/kg, sedangkan jika diolah menjadi karagenan semi murni nilai jual menjadi Rp 80.000/kg.

"Nilai ekonominya akan naik dua kali lipat menjadi Rp 160 ribu jika diproses menjadi karagenan," terangnya.

Menurutnya, tumbuhan laut yang kini banyak dibudidayakan masih menjadi komoditas yang prosesnya minimal sekali, ada yang dijual mentah ada juga yang menjualnya dalam bentuk kering jemur padahal kandungan yang tersimpan di dalamnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Hal lain yang perlu dicermati adalah kenyataan bahwa di sisi hilir, formulasi branding produk olahan yang berasal dari bahan mentah rumput laut masih sangat kurang.

"Padahal potensinya sangat besar karena pertumbuhan rumput laut di Indonesia sangat baik. Kondisi iklim dan letak geografis Indonesia dengan cahaya sinar matahari, arus, tekanan, kualitas air serta kadar garam yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan rumput laut sangat mendukung," ungkap dosen yang mengampu 9 mata kuliah ini.

Dikatakan, rumput laut yang banyak ditemukan di Indonesia adalah jenis Eucheuma cottonii yang merupakan bahan baku pembuatan karagenan.

Sayangnya, hasil rumput laut Indonesia 80 persen diekspor dalam bentuk produk kering, sehingga industri pengolahan keragenan dari bahan rumput laut perlu didorong.

Selain memiliki nilai ekonomi tinggi, keragenan merupakan bahan aditif yang aman untuk makanan, keragenan merupakan sumber yang baik untuk produk obat hayati.

Adapun proses pengolahannya dilakukan dengan cara ekstraksi, bisa memakai gelombang ultrasonik maupun prosses multi tahap.

Karagenan yang dihasilkan dari proses tersebut terbagi menjadi dua kategori, yaitu:

  • karagenan dengan bobot molekul tinggi yang biasanya dimanfaatkan untuk makanan dan minuman.
  • karagenan dengan bobot molekul rendah untuk bahan obat hayati.

Sementara penggunaan teknologi ekstraksi berbantu ultrasonik dapat meningkatkan kualitas tekstur gel karagenan (>1.200 g/m2), lebih ramah lingkungan dan sesuai diaplikasikan untuk ekstraksi bahan karagenan yang tidak tahan terhadap panas.

Sedangkan penggunaan sistem ekstraksi multi tahap dapat mengisolasi sisa karagenan yang masih ada sehingga tingkat kemurnian dan rendemen karagenan yang dihasilkan akan meningkat (+/- 35 persen). Aplikasi proses recycle dapat mengurangi kebutuhan pelarut, menurunkan biaya produksi dan mengurangi residu bahan kimia.

Upaya pengembangan lanjutan keragenan di antaranya produk turunan edible film berbahan dasar karagenan mampu memperpanjang masa simpan dan memperbaiki kualitas produk pangan.

Aplikasi keragenan untuk pangan sudah dilakukan di antaranya untuk produk yoghurt, jelly drink, permen jelly, dodol, sirup dan coklat keragenan. Hilirisasinya sudah sampai pada aplikasi di industri.

Pemanfaatan keragenan untuk obat hayati, secara jujur Aji Prasetyaningrum menyatakan masih butuh penelitian lebih lanjut untuk bisa mencapai tahap hilirisasi. Namun dia optimis, pengembangan menjadi bahan baku obat hayati sangat terbuka.

"Metode teknologi oksidasi maju potensial untuk depolimerisasi produk karagenan yang menghasilkan produk dengan spesifikasi bobot molekul 21 kDa dan kadar sulfat 11,52-12,14 persen memenuhi persyaratan untuk bahan baku obat hayati, seperti anti oksidan dan anti kanker," tandasnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/10/29/095827671/guru-besar-undip-karagenan-rumput-laut-untuk-makanan-dan-obat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke