Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Remaja Miliki Peran Penting Cegah Stunting di Indonesia

KOMPAS.com - Gagal tumbuh atau gagal kembang pada anak biasa disebut stunting menjadi sesuatu yang harus diperhatikan.

Tidak hanya tugas dari pemerintah untuk menanggulangi masalah stunting ini. Namun semua pihak termasuk kalangan remaja bisa turut serta memutus rantai stunting.

Terkait upaya pencegahan stunting di Indonesia, Tanoto Foundation meluncurkan
buku pencegahan stunting untuk remaja yang ditulis oleh 16 mahasiswa-mahasiswi yang
tergabung dalam Tanoto Scholars Association.

Buku berjudul ‘Cegah Stunting Sebelum Genting: Peran Remaja Dalam Pencegahan Stunting’ merupakan upaya Tanoto Foundation dalam mendukung target pemerintah Indonesia untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Banyak remaja terkena anemia

Menurut data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 menunjukkan bahwa kasus stunting di Indonesia mencapai 27,7 persen yang artinya sekitar 1 dari 4 anak balita atau lebih dari 8 juta anak mengalami stunting.

Ahli gizi nasional sekaligus Indonesia Asosiasi Ahli Gizi Olahraga (ISNA) Rita Ramayulis menerangkan, mencegah stunting dalam hal ini bukan hanya tanggung jawab ibu hamil atau ibu yang memiliki bayi saja. Tetapi kalangan remaja juga mempunyai andil mencegah stunting di Indonesia.

Menurut Rita, salah satu upaya yang bisa dilakukan remaja khususnya remaja putri dalam mencegah stunting adalah mengubah perilaku hidupnya menjadi ke arah yang lebih sehat.

Sehingga jika menikah dan mempunyai anak, tubuh calon ibu sudah siap untuk mengandung.

"Data dari Riskesdas 2018, sebanyak 32 persen atau 3-4 dari 10 remaja mengalami anemia. Jangan anggap ringan gejala anemia ini. Jika kondisi ini terus terjadi, saat menikah dan punya anak, janin dalam kandungan tidak akan mendapatkan gizi yang cukup," ucap Rita dalam acara peluncuran buku ‘Cegah Stunting Sebelum Genting: Peran Remaja Dalam Pencegahan Stunting’ yang diadakan secara virtual Jumat (1/10/2021).

Anemia pada remaja perempuan akan mempunyai efek jangka panjang bahkan ketika mereka menjadi ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi.

Risiko tersebut yakni kematian ibu saat melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir
rendah (BBLR). Sebagai calon orangtua dan agent of change, remaja memiliki peran yang krusial dalam pencegahan stunting.

Rita menegaskan, stunting bukan hanya soal tubuh yang lebih pendek semata. Tetapi juga berkaitan dengan kerja otak yang mengalami penurunan kecerdasan. 

"Gagal tumbuh atau gagal perkembangan ini menyebabkan otak tidak berkembang optimal. Dampaknya termasuk IQ turun," tegas Rita.

Buku yang diluncurkan dalam kerja sama dengan Kepustakan Populer Gramedia (KPG) dan didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) ini disusun dalam empat tema bermanfaat yang dapat diterapkan para remaja di kehidupan sehari-hari, baik bagi diri sendiri hingga masyarakat.

Barpatisipasi remaja dalam mencegah stunting

Kategori-kategori tersebut meliputi pola konsumsi, pola pengasuhan anak usia dini, pelayanan kesehatan dasar, dan kesehatan lingkungan.

Menurut penulis dari buku ini, Hendriasani Oktaviana yang merupakan penerima beasiswa program TELADAN dari Tanoto Foundation di Universitas Gajah Mada angkatan 2020, remaja bisa mengambil langkah kecil untuk berpartisipasi dalam mencegah stunting di Indonesia.

Kalangan remaja, lanjut Sani, bisa memanfaatkan keberadaan teknologi dan media sosial untuk mengkampanyekan pencegahan stunting. Menurut dia, melakukan edukasi mengenai stunting dan bahanya perlu dilakukan bersama-sama sehingga makin banyak yang tahu.

"Kita juga bisa bikin podcast, manfaatkan karang taruna, penelitian dengan tema stunting yang dilakukan mahasiswa. Masalah stunting ini juga bisa menjadi ide KKN untuk mahasiswa," ungkap Sani.

Sementara itu CEO Global, Tanoto Foundation J. Satrijo Tanudjojo menekankan pentingnya kesadaran para remaja dan peran mereka dalam pencegahan stunting di Indonesia.

"Stunting merupakan masalah besar yang memerlukan atensi dari berbagai lapisan masyarakat termasuk kaum muda. Dengan dukungan Kemendikbud Ristek, Tanoto Foundation meluncurkan buku Cegah Stunting Sebelum Genting dengan harapan akan semakin banyak para remaja Indonesia yang paham mengenai stunting," terang Satrijo.

Wujudkan generasi emas Indonesia

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Prof. Nizam mengapresiasi peluncuran buku ini.

Ditjen Dikti berterima kasih dan apresiasi kepada Tanoto Foundation dan mahasiswa penerima beasiswa Tanoto telah menginisiasi penyusunan buku ‘Cegah Stunting Sebelum Genting: Peran Remaja dalam Pencegahan Stunting’.

"Buku ini untuk dan dari remaja guna memberikan edukasi dan promosi mengenai isu stunting dan kontribusi nyata yang mahasiswa dapat lakukan dalam mengurangi angka stunting di indonesia, serta mewujudkan Generasi Emas Indonesia," urai Prof. Nizam.

Buku Cegah Stunting Sebelum Genting: Peran Remaja dalam Pencegahan Stunting versi cetak
dapat dibeli dengan harga terjangkau di berbagai toko buku Gramedia di Indonesia.

Sementara versi e-book bisa diunduh secara gratis melalui https://sigap.tanotofoundation.org/p/cegah-stunting-sebelum-genting-peran-remaja-dalam-pencegahan-stunting/.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/10/02/091400371/remaja-miliki-peran-penting-cegah-stunting-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke