Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah MPLS di Tengah Masa Pandemi Efektif?

KOMPAS.com - Dunia masih dilanda bencana pandemi Covid-19, tak terkecuali Indonesia. Hampir satu setengah tahun sejak Covid masuk kali pertama di Indonesia pada Maret 2020, pandemi Covid-19 semakin sulit dikendalikan.

Akhirnya, pemerintah memutuskan menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat se-Jawa Bali yang tengah diterapkan sejak 3 juli lalu hingga 20 juli.

Kebijakan PPKM Darurat diterapkan dalam upaya untuk mengurangi laju penularan virus. Jika kita amati bersama bahwa per tanggal 17 juli penambahan jumlah yang terpapar Covid-19 mencapai 51 ribu lebih.

Hal itu menunjukkan bahwa diberlakukannya PPKM Darurat saja masih jauh dari kata berhasil. Kebijakan ini tentu sangat berdampak pada sektor pendidikan yang mengalami penundaan kembali pembelajaran tatap muka sehingga pada awal tahun ajaran baru mau tidak mau, suka atau tidak harus melalui daring.

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

Seperti apa yang kita tahu saat memasuki tahun ajaran baru 2021/2022 siswa mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

Pada kegiatan MPLS tersebut siswa diperkenalkan berbagai macam mengenai profil sekolah, budaya di sekolah, kegiatan ektrakurikuler hingga kegiatan pembiasaan.

Semua rangkaian program MPLS tersebut dilaksanakan secara daring, sekalipun bagi sekolah yang sudah melakukan simulasi tatap muka. Lalu apakah MPLS secara daring itu efektif?

Dalam pelaksanaan MPLS siswa harus didampingi, baik oleh orangtua, saudara, maupun orang-orang terdekatnya yang peduli. Hal ini bertujuan menghindari ketidakefektifan dalam mengikuti MPLS.

Sebab diawal tahun ajaran baru tentu siswa menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru, bertemu teman baru, dan budaya baru sehingga dalam mengawali tahun ajaran baru siswa harus didampingi sekalipun MPLS melalui daring.

Jika tidak, dikhawatirkan siswa mengikuti MPLS hanya sebatas “pencitraan” semata. Mengapa demikian?

Sebab tidak semua sekolah MPLS daring melalui zoom atau sejenisnya. Ada pula sebagian sekolah MPSL daring melalui WhatsApp ataupun lainnya yang tidak mengharuskan siswa untuk melihat siswa satu sama lain.

Perlu pendampingan orangtua


 

Sebagai contoh saat kegiatan pengenalan pembiasaan budaya sekolah, seperti melaksanakan sholat dhuha, tadarus Al-Qur’an di mana siswa untuk mengirimkan laporan kegiatan pembiasaan tersebut hanya dengan mengirimkan foto sebagai bukti.

Jika siswa tidak didampingi tentu kita akan “berspekulasi negatif” bahwa siswa hanya foto memegang Al-Qur’an untuk dijadikan sebagai laporan kegiatan namun tidak benar-benar membacanya. Atau foto kegiatan sholat dhuha namun hanya foto “pencitraan” tidak benar-benar melaksanakan sholat dhuha.

Ini menjadi persoalan serius saat kegiatan MPLS melalui daring, sehingga dalam hal inilah peran orangtua penting untuk selalu mendampingi siswa agar benar-benar melaksanakan kegiatan pembiasaan tersebut.

Oleh karenanya kegiatan MPLS walau secara daring sekalipun pihak orangtua harus mendampingi secara penuh sehingga semua rangkaian kegiatan MPLS dapat diikuti dengan baik.

Dengan demikian pendidikan karakter tetap bisa diupayakan dengan baik. Namun semua kembali kepada diri kita masing-masing sebab kondisi pandemi yang semakin tidak terkendali di Indonesia menjadikan kita “dipaksa” menerima kenyataan.

Belum lagi adanya wacana perpanjangan PPKM Darurat hingga beberapa pekan kedepan. Semoga pandemi ini segera berakhir dan para siswa kembali ceria untuk bersekolah secara tatap muka seperti sedia kala.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/07/19/095928371/apakah-mpls-di-tengah-masa-pandemi-efektif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke