Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Badan Akreditasi Nasional: Ini Cara Tingkatkan Mutu dan Kualitas Pendidikan di Indonesia

KOMPAS.com - Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) Kemendikbud Ristek terus berupaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya mendorong sekolah dan madrasah tetap terakreditasi.

Meski demikian, hal ini bukan sesuatu yang mudah. Apalagi Indonesia memiliki jumlah sekolah dan madrasah yang sangat banyak. Jumlahnya mencapai lebih dari 270 ribu yang tersebar di seluruh Indonesia.

Seperti diungkapkan oleh Ketua BAN-S/M Dr. Toni Toharudin, M.Sc. Dia memiliki data empirik terkait persentase sekolah dengan akreditasi A dan B mengalami peningkatan sejak 2015 hingga 2018.

Misalnya saja untuk jenjang SMP. Persentase capaiannya sebesar 35,45 pada tahun 2015. Kemudian naik menjadi 48,8 pada 2016. Naik lagi jadi 60,35 (2017) hingga menjadi 71,61 pada tahun 2018.

Hanya saja, persentase itu tidak diimbangi dengan capaian hasil Ujian Nasional yang justru mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga 2018.

"Tetapi, hasil ujian nasional dan capaian PISA sebelum Covid-19 ini mengalami penurunan," ujar Toni saat menjadi pemateri pada Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch 2 yang digagas Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) kolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation secara daring, Selasa (15/6/2021).

Toni juga mencontohkan hasil ujian nasional pada 2015 dari 61,8 turun menjadi 58,6 pada 2016. Bahkan terus menurun menjadi 54,3 di 2017 dan kembali turun jadi 51,1 pada 2018.

Untuk itulah dia bersama BAN-S/M Kemendikbud Ristek terus melakukan introspeksi diri terhadap data empirik tersebut. Maka pada 2018 pihaknya berkomitmen untuk membuat reform pada sistem akreditasi.

"Selama 15 tahun ini kualitas pendidikan di Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan," terangnya.

Maka dari itu, reform yang dia maksud ialah merubah dari sistem akreditasi yang dulu tidak menggunakan teknologi, kini menggunakan sistem bernama Dashboard Monitoring System.

Dengan harapan, kualitas pendidikan di suatu sekolah atau madrasah akan mengalami improvisasi. Atau akreditasi hanya dijadikan suatu persyaratan saja untuk menunjukkan kualitas suatu sekolah/madrasah.

"Jadi, selama rentang waktu setelah diakreditasi hingga lima tahun ke depan atau sebelum re akreditasi itu mereka menjaga kualitasnya atau tidak. Atau mereka malah tidak berbuat apa-apa," tegas Toni.

Sebab, lanjut Toni, jika jelang re akreditasi itu Dashboard Monitoring System akan terus memonitor atau memberikan peringatan bahwa sekolah atau madrasah itu kualitasnya turun atau tidak.

Ternyata, ini semua berpengaruh pada paradigma akreditasi sekolah dan madrasah. Tentu yang dimaksud ialah keluaran mengenai mutu lulusan.

Lantas, bagaimana mencapai mutu lulusan yang baik? Toni Toharudin menjelaskan bahwa semua berawal dari:

1. Proses pembelajaran di kelas

2. Sarana dan prasarana

3. Mutu guru

4. Kualitas kepala sekolah

Seperti halnya kualitas kepala sekolah yang baik akan membawa kualitas dari sekolah itu sendiri. Disamping itu, kepala sekolah juga harus inovatif, kreatif dan visioner.

Seorang kepala sekolah atau pemimpin yang baik juga harus mampu membangun budaya keunggulan.

"Mudah-mudahan dengan cara ini, kualitas pendidikan di Indonesia bisa meningkat terus. Bahkan bisa meningkatkan daya saing global terutama menuju SDM Indonesia Emas 2045," harap Toni.

Tak kalah penting, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia juga harus memerhatikan kualitas dari guru itu sendiri.

Ini bisa menjadi tugas pemerintah demi percepatan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/06/15/201539171/badan-akreditasi-nasional-ini-cara-tingkatkan-mutu-dan-kualitas-pendidikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke