Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Puasa Optimalkan Imunitas, Begini Penjelasan Guru Besar IPB

KOMPAS.com - Dalam upaya mencegah berbagai macam penyakit infeksi, maka perlu meningkatkan imunitas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah melalui puasa, lalu benarkah puasa dapat meningkatkan imunitas tubuh?

Pertanyaan itu dijawab langsung oleh Guru Besar IPB dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Prof. Hardiansyah.

Menurut dia, dari segi makanan, upaya meningkatkan imunitas bisa melalui pemenuhan kebutuhan lauk pauk, sayur, dan buah.

Karena makanan ini mengandung asam amino, vitamin B, D, A, dan mineral zink, besi dan magnesium yang diperlukan tubuh dalam pembentukan sel-sel imunitas.

"Artinya dengan memenuhi gizi seimbang seperti anjuran isi piringku, maka akan terpenuhi kebutuhan zat gizi tersebut," ujar dia melansir laman IPB, Senin (17/5/2021).

Menurut dia, tubuh mengalami penyakit infeksi bila imunitas tubuh manusia tidak mampu merespon dan mengalahkan benda asing atau patogen yang masuk.

Tapi, kata dia, puasa mempunyai manfaat yang unik, yakni bila tubuh puasa dengan kondisi defisit energi minimal selama 12 jam berkali-kali, maka akan terjadi autofagi (autophagy).

Auto berarti sendiri dan phagy berarti makan. Sedangka Autofagi berarti sel-sel fagasom diaktifkan untuk menangkap, memakan dan menghancurkan sel-sel yang tidak aktif, yang loyo dan berusia lanjut.

Dalam ilmu imunitas dan mikrobiologi juga dikenal proses seperti autofagi yang disebut dengan senofagi (xenophagy).

Xeno itu artinya asing dan phagy memakan. Jadi senofagi adalah proses sel-sel imunitas mirip fagasom seperti makrofah menangkap dan menghancurkan benda-benda asing atau patogen yang masuk ke dalam tubuh.

Dia menambahkan, selama berpuasa dengan baik dan benar, disertai defisit sekitar 10-30 persen energi, aktivitas autofagi dan senofagi meningkat pesat dan tubuh semakin mengalami detoks atau pembersihan.

Autofagi dan senofagi artinya, makrofah sebagai salah satu bagian dari sel imunitas manusia yang pola kerjanya mirip dengan proses autofagi, memakan dan menghancurkan sel-sel penganggu atau patogen.

"Kemudian dalam kondisi puasa setelah beberapa hari tubuh semakin bersih dari sel dan molekul tidak berguna dan patogen. Sehingga memungkinkan terjadinya regenerasi sel dan molekul yang diperlukan tubuh termasuk sel-sel imunitas tubuh," jelas dia.

Dia menyampaikan kisahnya pernah tidak terbangun untuk makan sahur, sehingga harus menjalani sekitar 18 jam dalam kondisi tidak mendapat asupan makanan.

Kondisi seperti itu memungkinkan peningkatan proses autofagi dan senofagi.

"Hampir setiap tahun saya dan keluarga pernah bablas beberapa hari tidak sahur. Setelah paham autofagi dan senofagi, saya yakin ini takdir Tuhan untuk memberikan kesempatan mungkin saat itu tubuh sudah perlu didetox, diautofagi agar imunitas lebih meningkat," ungkapnya.

Tak hanya itu, kata dia, peningkatan imunitas berpuasa tidak hanya melalui jalur autofagi, senofagi dan regenerasi sel, tapi juga bisa melalui jalur mikrobiota baik atau probiotik, dan jalur kendali stres.

"Kita tahu bakteri baik meningkatkan imunitas. Kajian puasa mengungkap puasa Ramadhan mampu meningkatkan bakteri baik dan menurunkan bakteri tidak baik. Puasa bisa juga mengendalikan stres. Ini secara tidak langsung meningkatkan imunitas," pungkas dia.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/17/181531871/puasa-optimalkan-imunitas-begini-penjelasan-guru-besar-ipb

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke