Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dua Pertiga Siswa Indonesia Anggap Kecerdasan Tak Bisa Diubah, Ini Dampaknya

KOMPAS.com - Sebanyak dua pertiga atau sekitar 66 persen murid Indonesia menganggap bahwa kecerdasannya tak bisa diubah.

Sayangnya, anggapan tersebut nyatanya memengaruhi pola pikir (mindset) yang akan mengantarkan pada perilaku dan hasil yang berbeda dalam hal pengembangan diri secara signifikan.

Data tersebut dipaparkan dalam data PISA tahun 2018. PISA sendiri merupakan Program Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk Penilaian Pelajar Internasional.

PISA mengukur kemampuan anak usia 15 tahun untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan membaca, matematika dan sains mereka untuk memenuhi tantangan kehidupan nyata.

Selain mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja siswa di pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan literasi, PISA juga mengukur persentase siswa peserta tes PISA dari 78 negara terkait "kecerdasan adalah hal yang tidak bisa kamu ubah".

Hasilnya, lebih dari dua pertiga murid Indonesia yang mengikuti tes PISA setuju bahwa kecerdasannya tidak bisa diubah dan masuk dalam kelompok "fixed mindset".

Sementara murid yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut dianggap memiliki "growth mindset" karena orang yang percaya bahwa kecerdasan bisa diubah kemungkinan besar akan menantang dirinya untuk berkembang.

Apa dampak fixed mindset dan growth mindset?

Melansir laman platform edukasi Zenius Education, pola pikir (mindset) akan mengantarkan pada perilaku dan hasil yang berbeda dalam hal pengembangan diri secara signifikan.

Melansir Arki Sudito, Co-founder & CEO Growth Center dan Alistair Tody seperti ditulis Kompas.com, fixed mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kualitas dasar diri, seperti intelegensi atau bakat, bersifat menetap.

Seseorang dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan untuk melakukan sesuatu dipengaruhi oleh faktor genetis atau bawaan. Mereka meyakini bahwa keterampilan dan keahlian bersifat terberi (given).

Berikut dampak fixed mindset yang dimiliki dua pertiga siswa Indonesia:

1. Cenderung menghindari tantangan.

2. Mudah menyerah saat menemukan hambatan.

3. Menjadikan usaha sebagai sesuatu yang hanya perlu dilakukan oleh orang-orang yang berkemampuan rendah.

4. Cenderung mengabaikan kritik, termasuk kritik yang membangun.

5. Merasa terancam dengan kesuksesan yang didapatkan oleh orang lain.

Sementara itu, growth mindset terbukti menjadi faktor kunci dalam meningkatkan budaya kerja yang kolaboratif dan inovatif, serta untuk membangun lingkungan kerja yang berkomitmen, saling percaya dan engaging.

Berikut beberapa keunggulan bila seseorang memiliki growth mindset:

1. Mau menerima tantangan.

2. Dalam menghadapi hambatan, dirinya akan berusaha dulu semaksimal mungkin.

3. Usaha dianggap sebuah cara untuk menguasai sesuatu.

4. Menjadikan kritik sebagai salah satu bahan belajar dalam memperbaiki diri.

5. Menganggap kesuksesan orang lain sebagai contoh untuk belajar dan mendapatkan inspirasi.

Pentingnya memiliki growth mindset

Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh profesor dari Standford University Carol Dweck, menunjukkan bahwa kedua pola pikir atau mindset yang berbeda ini mengantarkan pada perilaku dan hasil yang berbeda secara signifikan.

Anak-anak yang menganggap kemampuan mereka hanya berdasarkan apa yang mereka dapat selama 7 tahun sekolah dan tak berpikir bahwa kecerdasan dapat dikembangkan, nilai akademisnya cenderung stagnan selama beberapa tahun.

Sedangkan anak-anak yang berpikir bahwa mereka masih bisa meningkatkan kemampuan dan kecerdasannya, nilainya cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Chief Education Zenius, Sabda PS mengatakan, dalam belajar hal pertama yang perlu diperbaiki ialah mentalitas.

"Banyak anak yang merasa dirinya tidak enggak cerdas, enggak kreatif, enggak bisa ini itu dan lain-lain. Pikiran-pikiran seperti itu secara tidak sadar malah membatasi potensi kita sendiri," paparnya dikutip dari laman Zenius.

Padahal, kecerdasan sendiri merupakan proses berpikir dengan aturan-aturan tertentu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.

"Otak kita itu canggih banget sehingga bisa terus di-upgrade," paparnya.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/17/084946871/dua-pertiga-siswa-indonesia-anggap-kecerdasan-tak-bisa-diubah-ini-dampaknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke