Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kuliah di Turki, Fauzul Mengaku Idul Fitri Tak Semeriah Idul Adha

KOMPAS.com - Ternyata, perayaan hari raya Idul Fitri atau Lebaran di tiap negara berbeda-beda. Bahkan euforianya juga berbeda atau tak semeriah di Indonesia.

Hal ini dialami oleh Fauzul Azhim, salah satu mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah S2 Ilmu Politik dan Hubungan Internasional Istanbul Sabahattin Zaim University (IZÜ) di Turki.

Saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/5/2021), Fauzul menceritakan suasana Ramadhan di luar negeri, yakni di Istanbul Turki.

"Setelah hampir dua tahun di Turki ini, saya merasakan ada suasana berbeda ketika hari raya Idul Fitri, yakni tidak semeriah di Indonesia," ujarnya.

Idul Fitri tak semeriah Idul Adha

Menurutnya, di Turki usai shalat id, jamaah langsung pulang begitu saja. Atau tidak ada acara bersalam-salaman untuk saling memaafkan.

Ini karena di sana libur Lebaran hanya dua hingga tiga hari saja. Maka tak heran jika warga Turki tidak merayakan dengan meriah.

Namun berbeda saat hari raya Idul Adha. Saat Idul Adha warga Turki merayakan dengan sangat meriah. Seluruh transportasi umum dan beberapa tempat publik memperlihatkan tulisan ucapan selamat hari raya Idul Adha. Bahkan terkesan dengan glamour karena warga juga memakai baju baru.

"Jadi, suasananya saat Idul Adha itu ya seperti saat Idul Fitri di Indonesia. Orang-orang pulang kampung bertemu keluarga dan merayakan dengan meriah. Alasannya karena liburnya bisa seminggu, bahkan libur Idul Adha bisa dibilang yang paling lama dibandingkan libur hari besar lainnya di Turki," terang Fauzul.

Fauzul yang juga Kepala Bidang Relasi Media dan Opini Publik, Dirkominfo Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI Dunia) Periode 2020-2021 juga menceritakan hal unik lain saat Ramadhan 2021 di Turki.

Karena pandemi Covid-19 ini Turki melaksanakan kebijakan lockdown yakni dimulai 29 April hingga 17 Mei 2021. Maka dari itu, tidak ada aktivitas di mana-mana.

Dia juga mengikuti kuliah secara daring, hingga ketika berada di luar rumah maka akan selalu diperiksa oleh petugas keamanan di Turki.

"Semua toko-toko tutup. Hanya toko yang menjual kebutuhan pokok saja yang buka. Jadi, paling saya dan teman saya belanja untuk kebutuhan makan saja," tuturnya.

Kangen rendang buatan ibu di Padang

Jadi, kegiatan buka bersama juga ditiadakan. Semua buka puasa sendiri-sendiri di rumah atau di asrama. Maka, Fauzul dan temannya selalu memasak di rumah.

Olahan yang biasa dimasak tentu makanan Indonesia yang memiliki cita rasa, tak seperti makanan Turki yang cenderung hambar.

Dia sering mengolah balado ayam, ikan hingga daging rendang. Berbicara rendang ini karena Fauzul asli orang Padang.

Meski demikian, Fauzul mengaku tak bisa memasak rendang seperti di Indonesia. Selain bumbu di Turki tak lengkap, dia juga tak bisa memasak seperti buatan ibunya.

"Jujur saja, saya kangen dengan masakan rendang buatan ibu. Jadi ya saya coba memasak rendang seadanya saja. Ini sebagai obat kangen saya dengan Indonesia," ucap Fauzul.

Cara unik bangunkan sahur

Ketika bulan Ramadhan 2021, warga Turki memiliki cara unik untuk membangunkan warganya untuk sahur. Yakni petugas yang berkeliling memakai bass drum ukuran besar.

Tak hanya itu saja, petugasnya juga mengenakan pakaian rompi corak khas Turki dan baju dalam berwarna cerah maupun gelap.

Bahkan petugasnya tak bisa sembarangan, karena harus lolos seleksi hingga memiliki kartu identitas khusus sebagai petugas sahur.

"Ada proses pendaftaran untuk petugas drum keliling yang difasilitasi oleh pemerintah kecamatan setempat. Mereka tidak dibayar, tetapi nanti bisa meminta sumbangan ke tiap rumah dengan membayar seikhlasnya," terangnya.

"Jadi, kalau memberi sumbangan itu jelas orangnya. Karena memiliki kartu identitas sebagai petugas penabuh bass drum sahur. Kami bisa memberikan uang lebih pada mereka," tuturnya lagi.

Terkait durasi puasa, Fauzul mengaku berpuasa selama 17 jam. Atau sahur pada pukul 04.00 hingga buka pukul 20.30 waktu setempat.

Hal ini dia rasakan tidak terlalu berat dibanding dengan Ramadhan tahun lalu saat musim panas dan durasinya lebih lama lagi.

Tetapi karena Ramadhan 2021 adalah musim semi, jadi dia dan sebanyak 1.900 mahasiswa asal Indonesia yang kuliah di Turki bisa berpuasa dengan lebih nyaman.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/11/080700271/kuliah-di-turki-fauzul-mengaku-idul-fitri-tak-semeriah-idul-adha

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke