Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Epidemiolog Unair: Sequencing, Cara Mendeteksi Mutasi Corona B117

KOMPAS.com - Pada 2 Maret 2021, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengonfirmasi telah ditemukan mutasi virus Corona SARS-CoV-2 yang bernama Strain B117 di Indonesia.

Perlu diketahui, mutasi virus corona B.1.1.7 disebut lebih menular sebesar 70 persen dibandingkan virus corona varian lain. Sebab, mutasi virus ini mampu bereplikasi lebih cepat di dalam tenggorokan.

Adanya penemuan kasus mutasi baru tersebut membuat masyarakat khawatir. Kepanikan model baru dari virus corona ini cukup membuat masyarakat resah dan takut tertular.

Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) M. Atoillah Isfandiari mengatakan, dari kasus yang ada di luar negeri Strain B117 tidak meningkatkan severitas atau keparahan yang ditimbulkan.

Namun, dari penelitian secara in-vitro didapati potensi peningkatan penularan sebesar 40 hingga 80 persen.

Dilansir dari laman resmi unair.ac.id, Atoillah mengatakan, upaya antisipasi harus lebih terfokus pada pencegahan potensi peningkatan penularan di hulu atau di masyarakat. Bukan pada antisipasi peningkatan keparahan gejala di hilir atau di rumah sakit.

Pasalnya, gejala yang dilaporkan beberapa pasien dominan demam dan batuk yang selama ini gejalanya kurang lebih dengan virus Covid-19 pada umumnya.

Atoillah yang juga menjabat Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu menuturkan, untuk Indonesia sendiri penemuan kasus Strain B117 lebih banyak.

Dikarenakan adanya penelitian laboratorium, di mana pada sampel darah pasien dilakukan sequencing atau pengurutan utas RNA-nya dan hal tersebut bukan merupakan pemeriksaan rutin.

"Dalam sekuensing, RNA virus di baca semua (whole genome), tidak hanya sekedar mendeteksi positif atau negatif saja," terang Ato.

Baginya, sekuensing menjadi salah satu cara tepat untuk mendeteksi adanya penularan Strain B117 di Indonesia. Hanya saja, dalam upaya testing yang lebih masif tidak semua sampel pasien di Indonesia bisa dilakukan sequencing. Namun membutuhkan biaya yang besar

Ato menuturkan infeksi dari mutasi virus bisa dicegah oleh vaksin yang ada tergantung letak dan bentuk mutasinya.

Karena pada prinsipnya, mutasi virus tersebut berpengaruh terhadap penyusunan RNA dalam yang nantinya diharapkan akan bisa dikenali oleh antibodi dalam tubuh yang dihasilkan dari vaksinasi tersebut.

"Karena tubuh kita diajari vaksin untuk mengenali utas RNA tertentu dan bila ternyata virus ini (SARS-CoV-2, Red) mutasi, selama mutasi itu tidak mengubah utas RNA yang akan dikenali oleh antibodi kita, mutasi apa pun dan di mana pun, tubuh kita akan tetap bisa mengenali dan mencegahnya untuk bereplikasi dalam tubuh kita," jelasnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, para pakar virologi masih menyimpulkan jika vaksin yang ada saat ini cukup efektif mencegah infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 Strain B117. Apalagi, Unair juga sedang mengembangkan vaksin merah putih agar Indonesia segera bebas dari Covid-19.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/19/131349171/epidemiolog-unair-sequencing-cara-mendeteksi-mutasi-corona-b117

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke