Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siapkah Sekolah Masuk Era New Normal Pendidikan di Tahun Ajaran Baru?

Oleh : Metty Hartina | Guru SMPN 21 Batanghari

KOMPAS.com - Berbulan-bulan sudah dunia, termasuk Indonesia, berada dalam cengkraman Covid-19. Kondisi ini memaksa kita untuk tinggal di rumah, melakukan pekerjaan dari rumah, tidak terkecuali sektor pendidikan.

Pemerintah mengambil kebijakan melakukan pembelajaran jarak jauh. Bahkan, ada guru terpaksa mendatangi peserta didik di rumah bagi mereka yang tidak bisa mengakses internet.

Banyak hambatan dan rintangan dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, namun semua itu harus dilalui demi membelajarkan peserta didik yang “dikurung” Covid-19.

Kini pemerintah menggulirkan wacana "New Normal" termasuk kenormalan baru dalam bidang pendidikan. New normal kita diminta untuk bisa hidup berdampingan dengan Covid-19.

Tentu banyak hal yang harus kita persiapkan, agar new normal ini tidak menjadi bumerang bagi kita dengan semakin tingginya angka terjangkit wabah ini.

Menyiapkan sekolah era normal baru

Apa yang harus disiapkan pengelola sekolah?

1. Membersihkan lingkungan sekolah dengan menyemprotkan disinfektan.

2. Melengkapi sarana dan prasarana pendukung untuk kegiatan mencuci tangan di setiap kelas.

3. Mengundang orangtua/wali peserta didik, dan komite untuk mensosialisasikan gerakan new normal dan meminta dukungan dari orang tua dan komite.

4. Menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan dan meminta tenaga kesehatan minimal perawat untuk berada di lingkungan sekolah setiap satu minggu sekali guna melakukan pemeriksaan peserta didik, dengan tujuan bila ada peserta didik menunjukkan gejala Covid-19 dapat segera dirumahkan.

5. Membuat jadwal guru yang akan mengontrol social distancing peserta didik selama di dalam kawasan sekolah.

6. Kepala sekolah beserta wakil kurikulum dan kesiswaan, membagi jumlah peserta didik dalam satu kelas menjadi dua bagian, dengan tujuan agar penerapan sosial distancing di dalam kelas dapat dijalankan. Jaga jarak antarpeserta didik dapat diterapkan jika kepadatan jumlah peserta didik dikurangi.

7. Menyusun roster atau jadwal pembelajaran pagi dan siang.

8. Melaksanakan proses pembelajaran dalam dua shift atau dua gelombang, pagi dan siang.

Kemungkinan pro dan kontra

Persiapan ini tentu akan menimbulkan pro dan kontra, baik di kalangan orangtua maupun dari kalangan guru sendiri.

Dari kalangan orangtua, kekhawatiran mereka terhadap kesehatan peserta didik selama di sekolah tentunya dapatlah kita maklumi.

Namun, dengan membekali masker, hand sanitizer, membawa bekal dari rumah, selalu mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan sesama peserta didik di sekolah akan menjauhkan mereka dari tertular pandemi.

Usaha pihak sekolah untuk memberikan jaminan kesehatan selama peserta didik berada di sekolah tidak akan ada artinya bila tidak didukung orangtua dan dimulai dari rumah masing-masing, melalui penerapan pola hidup bersih dan sehat.

Di kalangan guru sendiri, pro dan kontra tentang kebijakan mengajar dua gelombang dalam satu kelas pasti akan muncul.

Keberatan karena terlalu lama berada di lingkungan sekolah (luar rumah), kurang waktu untuk istirahat, dan alasan lain pasti akan dilontarkan para guru.

Namun, bila kita menginginkan gerakan new normal pendidikan ini berjalan maka mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap kita dukung dengan cara ikut melaksanakan.

Strategi dan implementasi new normal

Pihak dinas pendidikan selaku pengatur kebijakan di bidang pendidikan setiap daerah memang harus ekstra keras dalam menjalankan dan menerapkan kebijakan ini.

Segala kebijakan yang diambil pasti akan berimbas pada ketersediaan dana.

Untuk itu, pihak dinas harus berkoordinasi secara matang dengan kepala sekolah dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendukung selama masa pandemi di sekolah demi berjalannya kebijakan new normal pendidikan.

Pihak sekolah harus bisa menyediakan masker dan hand sanitaizer. Bagi peserta didik yang dalam kategori kurang mampu dalam menyediakannya. Juga pihak sekolah hendaknya dapat menyediakan sabun cuci tangan di setiap kran masing-masing kelas.

Terkait dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah yang di bagi menjadi dua gelombang, dinas pendidikan dan phak sekolah dapat memberdayakan tenaga honorer dalam membantu pelaksanaannya.

Namun, bila tenaga honorer tidak memadai, guru yang mengajar di gelombang kedua atau siang hari haruslah guru yang berbeda pada gelombang pertama atau pada pagi hari.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan beristirahat bagi guru tersebut, karena dengan beristirahat maka imun tubuh dapat terjaga dengan terjaganya imun maka akan membentuk anti bodi untuk melawan virus corona.

Segala kebijakan kembali pada pemberi kebijakan. 

Kita semua tentu tidak ingin mengorbankan para penerus bangsa ini, karena di tangan merekalah nantinya tongkat pembangunan Indonesia akan beralih.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/06/14/230812771/siapkah-sekolah-masuk-era-new-normal-pendidikan-di-tahun-ajaran-baru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke