Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mahasiswa UNY Manfaatkan Limbah Ini Dijadikan Batu Bata

KOMPAS.com - Negara Indonesia berada di antara dua benua dan dua samudera. Hal yang paling sering terjadi ialah rawan terjadinya gempa bumi.

Seperti halnya pada tahun 2006 silam, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya khususnya Kabupaten Bantul dilanda bencana alam gempa bumi hingga memporak-porandakan rumah warga.

Terkait bencana gempa bumi, beberapa mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) coba membuat batu bata tahan gempa dari bahan yang tak terpakai atau limbah.

Bahan itu juga didapat dari daerah yang terdampak gempa yakni Bantul DIY. Adapun bahannya ialah ampas tebu limbah pabrik gula Madukismo Bantul.

Para mahasiswa itu antara lain Rania Nova Dechandra dari Prodi Matematika, Siti Vera Lestari dan Wahyuni Eka Maryati dari Prodi Pendidikan Matematika.

Menurut Rania, mereka memilih abu ampas tebu sebagai bahan batu bata tahan gempa karena selain jumlahnya yang cukup melimpah, bahan itu dipilih karena mengandung SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, K2O, Na2O, MgO, dan P2O5 yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pengganti semen.

"Abu ampas tebu ini banyak mengandung senyawa silika (SiO2) yang dapat bereaksi dengan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi pencampuran semen dan air. Sehingga menghasilkan zat perekat seperti semen," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi UNY, Jumat (12/6/2020).

Adapun persentase kandungan senyawa di dalam abu ampas tebu sebelum dilakukan pembakaran adalah:

  • 53 persen SiO2
  • 4,3 persen Al2O3
  • 7,5 persen Fe2O3
  • 6,6 persen CaO
  • 28,6 persen lain-lain

Sedangkan, setelah dilakukan pembakaran abu ampas tebu pada suhu 600° C selama 2 jam, didapatkan hasil bahwa abu ampas tebu mengandung:

  • 71 persen SiO2
  • 2,5 persen Al2O3
  • 8,2 persen Fe2O3
  • 3,6 persen CaO
  • 14,7 persen lain-lain

Siti Vera menambahkan, dalam pembuatan batu bata tahan gempa dan ramah lingkungan tersebut, untuk bentuknya ialah segienam atau heksagonal.

Karena secara matematika bentuk heksagonal memerlukan lahan lebih hemat 13 persen dan menghasilkan populasi lebih banyak sekitar 15 persen dibanding bentuk segiempat.

"Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bentuk heksagonal memberikan hasil yang lebih baik dibanding bentuk segiempat," kata Siti.

Dikatakan, bentuk segienam yang disusun bersama-sama mempunyai tingkat kerekatan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh simetri putar segienam yang berjumlah enam buah.

Bahan

Untuk bahan lain selain abu ampas tebu, menurut Wahyuni, bahannya ialah:

  • tanah liat
  • kayu bakar
  • jerami
  • minyak tanah
  • air

Alat

Sedangkan alat yang diperlukan adalah:

  • tungku pembakaran
  • ember
  • pengaduk
  • cetakan segienam
  • sarung tangan
  • masker

Cara pembuatan

Pertama kali ampas tebu dibakar, lalu mencampur abu ampas tebu dan tanah liat dengan perbandingan 0 persen, 5 persen, 10 persen, dan 15 persen.

Cetak adonan tanah liat dan abu ampas tebu dengan cetakan segienam. Bata lalu dibakar selama 1-2 hari, dinginkan dan batu bata siap diuji.

Hasil uji batu bata segienam di Laboratorium Bahan Bangunan FT dan Laboratorium FMIPA UNY menunjukkan, kadar abu ampas tebu pada batu bata segienam yang paling optimal sebesar 5 persen karena mempunyai kuat tekan tertinggi dan beban maksimal yaitu sebesar 3,43 MPa dan 22,69 N.

Kadar abu ampas tebu 5 persen dipilih karena pada bata kuat tekan merupakan unsur utama yang menentukan kelayakan bata tersebut sebagai material bahan bangunan. Tak heran jika karya ini berhasil meraih dana penelitian dari Fakultas MIPA UNY.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/06/14/101220171/mahasiswa-uny-manfaatkan-limbah-ini-dijadikan-batu-bata

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke