Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mendengar Sisi Lain Sejarawan: 72 Tahun Peter Carey

Oleh: Udji Kayang | Penerbit KPG

KOMPAS.com - Pernah ada yang berkelakar Peter Carey bisa salah dan lupa kecuali tentang hal-hal menyangkut Pangeran Diponegoro. Peter Carey adalah sejarawan Inggris kelahiran Yangon, Myanmar, 30 April 1948, yang dikenal karena studi-studinya tentang sejarah Perang Jawa (1825–1830).

Peter meraih gelar sarjana di Trinity College, Universitas Oxford, pada 1969. Lalu ia mendapat beasiswa English Speaking Union dan menjalani program master di bidang Kajian Asia Tenggara di Cornell University (1969–1970).

Pada masa itulah Peter mulai tertarik pada Asia Tenggara, terkhusus Indonesia dan Perang Jawa.

Ketekunan melakukan koreksi

Peter pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada 1970, kemudian tinggal di Jakarta dan Yogyakarta masing-masing selama tiga tahun untuk mengumpulkan data yang tersimpan di Arsip Nasional dan skriptorium naskah Jawa.

Setelah meraih gelar Ph.D pada 1975 dengan disertasi tentang Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa, Peter bekerja di Universitas Oxford.

Perlu bertahun-tahun bagi disertasi Peter untuk akhirnya diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan terbit sebagai buku berjudul "Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785–1855".

Buku yang dibagi menjadi tiga jilid tersebut diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia pada 2012, dan mengalami cetak ulang serta revisi berkali-kali.

Ketekunan untuk terus melakukan koreksi adalah salah satu keistimewaan Peter. Setiap kali penerbit mengabarkan bukunya akan dicetak ulang, Peter selalu melakukan revisi, yang bukan hanya sekadar menyangkut salah ketik, tetapi juga data-data pokok.

Bukan hanya untuk bukunya, Peter juga pernah menyampaikan koreksi terhadap artikel di media massa yang melibatkan dirinya.

“Saya sebenarnya punya tugas sebagai sejarawan: you have to get things right... kita harus berani untuk betul-betul self-critic,” ujar Peter dalam webinar Sekitar Buku bertajuk “Mendengar Sisi Lain Sejarawan: 72 Tahun Peter Carey” di kanal Youtube Penerbit KPG.

Sejarawan bukan seperti tokoh-tokoh dalam kisah science fiction yang mengetahui peristiwa masa lalu melalui mesin waktu. Kerja sejarawan lebih sulit, yakni menyusun keping-keping sejarah dari sumber tulisan, lisan, maupun artefak sejarah lain.

Fakta atau peristiwa masa silam tidak bisa diubah, tetapi sedalam apa pengetahuan kita tentangnya dapat terus-menerus diuji, dan di situlah tugas sejarawan.

“Setelah saya tidak ada lagi, Kuasa Ramalan pasti akan jauh dilampaui oleh peneliti baru,” kata Peter.

Kendati subjek penelitian sejarah berada pada masa lalu, nyatanya sejarah tidak serta-merta “selesai”, karena senantiasa ada data-data baru yang lebih valid, yang menjadikan pemahaman kita tidak sedangkal sebelumnya. Masa lalu, pada akhirnya, selalu aktual.

Peter merupakan salah satu pustaka lengkap tentang sejarah Jawa. Selain Kuasa Ramalan, ia juga menulis Sisi Lain Diponegoro: Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa (2017), Inggris di Jawa, 1811–1816 (2017), dan bersama Vincent Houben menulis Perempuan-perempuan Perkasa di Jawa Abad XIII–XIX (2016).

Namun, meski sejarah Jawa tampaknya menjadi jalan raya yang dilalui Peter, ada gang-gang kecil yang tak luput ia telusuri.

Urip urub dan upaya mengusir "kabut dusta"

Penindasan rezim Orde Baru di Timor Timur (kini Timor Leste) rupanya memberi dampak besar bagi Peter.

Rasa kemanusiaannya terluka, ia merasa seperti menyaksikan penindasan kolonial terhadap rakyat Jawa terulang kembali dengan aktor yang berbeda.

Peter juga tergerak memperhatikan warga negara Asia lain, seperti Kamboja, Srilanka, Myanmar, Filipina, juga Indonesia, dengan turut mendirikan Cambodia Trust.

Masih banyak lagi gang-gang kecil yang diblusuki Peter sepanjang 72 tahun hidupnya, selain jalan raya termasyhur yang dilaluinya dengan kendara Kuasa Ramalan itu.

Melihat sisi lain Peter tersebut, pantas kiranya biografi sejarawan kita ini diberi judul "Urip Iku Urub: Untaian Persembahan 70 Tahun Profesor Peter Carey (2019)".

Urip itu urub, hidup itu menjadi nyala. Peter bukan hanya menjadi cahaya penerang studi sejarah agar masa lalu kita terang benderang, melainkan juga menjaga nyala itu tetap ada, mengusir kabut-kabut dusta yang masih berlalu-lalang di sekitar kita.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/05/31/152144971/mendengar-sisi-lain-sejarawan-72-tahun-peter-carey

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke