Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Sabtu Pagi Anak Seribu Pulau “Malimbu Lombok”, di TVRI 23 Mei 2020

KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah di TVRI hadir kembali dengan tayangan Cerita Sabtu Pagi Anak Seribu Pulau dengan Episode “Malimbu, Lombok” pada 23 Mei 2020.

Belajar dari Rumah adalah program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan alternatif pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19.

Berikut adalah rangkuman cerita dalam tayangan Cerita Sabtu Pagi Anak Seribu Pulau dengan Episode “Malimbu, Lombok” pada 23 Mei 2020:

Mamat Basir adalah anak berumur 11 tahun, kelas 6 SD. Setelah pulang sekolah ia mencari penghasilan sebagai tukang membelah batu.

Mamat Basir dilahirkan di Teluk Malimbu, sebelah barat Pulau Lombok. Tanah dan lautnya menghidupi semua masyarakat, keindahannya seperti lukisan besar buatan Sang Pencipta.

Hampir setiap hari, saat bermain atau bekerja, Basri selalu ditemani sahabatnya Asmuni dia anak terpandai di kelasnya.

Pak Haji Arifin, selalu meminta Basri untuk memetik kelapa di kebunnya. Dari sini Basri mendapat upah tambahan. Di sela-sela bekerja teman-teman sering datang membawakan buah untuk Basri dan Asmuni.

Setelah Ibu meninggal, ayah mengalami kelumpuhan, sejak itu seluruh beban keluarga ada di pundak Basri. Uang memecah batu dan memetik kelapa ditabung Basri di celengan.

Untuk menambah penghasilan Basri pergi ke kota dengan truk pengangkut batu untuk menjual kelapa di kota. Sampai di pasar Basri berkeliling mencari pembeli.

Suatu hari, ia dituduh akan mencuri uang.

Seorang bapak kemudian melerai dan membawa Basri keluar hingga mengajak ke tempat anyaman Kenta, disitu banyak warga sedang bekerja.

Basri melihat ada upacara prosesi sunatan/khitanan. Sebenarnya tradisi ini hampir merata di semua daerah Lombok. Penduduk di sana melakukan prosesi sama untuk acara sunatan anak-anak.

Prosesi khitanan di Lombok pada umunya sama; setelah anak dirias dengan pakaian yang semua serba baru, mulai dari Sapuq (ikat kepala), Dodot (baju), Sabuq (ikat pinggang) dan lainnya, kemudian anak diarak menggunakan kuda-kudaan terbuat dari kayu boroq dan diiringi alunan musik gamelan.

Sesampai di rumah, oleh keluarganya anak akan dikhitan ini dibawa ke Berugak atau di bawah tetaring/tenda jaman dulu, untuk kemudian diserahkan kepada tukang sunat atau Mantri untuk dikhitan.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/05/23/174011271/cerita-sabtu-pagi-anak-seribu-pulau-malimbu-lombok-di-tvri-23-mei-2020

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke