KOMPAS.com - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi membantah soal lockdown atau karantina wilayah pada September 2023.
Ini disampaikan Nadia dalam menanggapi kabar mengenai "Pandemi 2.0" sampai rencana lockdown. Karantina wilayah diterapkan ketika negara-negara dilanda pandemi Covid-19.
Nadia menegaskan, pandemi tidak dapat direncanakan dan direkayasa. Sehingga, pemerintah tidak mungkin merencanakan lockdown tanpa sebab yang jelas.
"Yang jelas pandemi bukan suatu rekayasa ya, karena itu adalah penyakit baru dan seperti pada umumnya, penyakit baru sering menimbulkan fatalitas yang besar karena kita belum kenal dengan penyakitnya," ungkap Nadia, dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (11/9/2023).
Isu "pandemi 2.0" dikaitkan dengan penggunaan masker. Imbauan menggunakan masker untuk menghindari polusi udara diklaim sebagai kedok agar masyarakat tidak protes.
Padahal, bukti dan kajian ilmiah telah menunjukkan data konkret kualitas udara yang buruk bagi kesehatan, terutama di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Indeks kualitas udara di DKI Jakarta dapat dilihat secara berkala di situs IQAir.
Green Peace telah mengkaji sebaran kualitas udara di Jabodetabek yang menunjukkan adanya kualitas udara yang memburuk.
Sementara, kajian soal sumber utama polusinya pernah dikaji oleh Vital Strategies.
Studi lain yang diterbitkan Energy Policy Institute (EPIC) dari Universitas Chicago, menyatakan, dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan polutan halus hingga 30 persen di udara Jakarta dan sekitarnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.