KOMPAS.com - Copypasta merupakan metode menyalin dan menempel konten di media sosial. Meski sepele, tetapi konten semacam ini cukup mengganggu.
Bagi mereka yang paham trik copypasta mungkin hanya menganggapnya sebagai konten yang sekadar lewat di lini masa.
Namun bagi yang belum memahaminya, konten itu akan terus dibagikan ulang dan akan terus ada sampai bertahun-tahun kemudian. Semakin berbahaya apabila copypasta yang disebar memuat misinformasi atau disinformasi.
Menurut Twitter, copypasta adalah istilah yang beredar di internet untuk merujuk perilaku menyalin dan menempel konten.
Copypasta tidak hanya sebatas pada teks, tetapi bisa juga berupa gambar atau kombinasi konten.
Perilaku salin tempel ini ditujukan untuk menyebarluaskan suatu konten di platform atau forum sosial. Hal ini dapat disalahgunakan karena berisi spam dan muncul berulang-ulang.
Di twitter, copypasta dimanfaatkan untuk memanipulasi Tren Twitter atau mempromosikan konten secara artifisial. Sehingga, kata yang termuat dalam copypasta itu bisa trending di Twitter.
Dikutip dari Snopes, Jumat (3/3/2023), ada copypasta yang terus bermunculan di Facebook dan Instagram.
Sebagian besar copypasta itu berisi cara untuk membuat platform media sosial berjalan sebagaimana mestinya. Contohnya, copypasta untuk menghilangkan iklan dan memulihkan pertemanan.
Ada pula copypasta dalam bentuk seruan untuk tidak mengizinkan Facebook menggunakan konten mereka sebagai entitas publik.
Selain itu, terdapat copypasta yang mengeklaim pengguna dapat lolos dari konsekuensi hukum hanya dengan menyalin dan mengunggah ulang teks di Facebook.
Premisnya sederhana. Dengan menyalin dan menyebarkan ulang teks yang mereka dapat, maka akun mereka akan aman.
Pada kenyataannya, cara kerja privasi dan kebijakan Meta bukan berdasarkan seruan serentak yang diunggah pengguna.
Melalui laman resminya, Facebook pernah menginformasikan kepada pengguna mengenai rumor kepemilikan informasi pengguna.
Berikut pemberitahuan yang diunggah pada 2012: