KOMPAS.com - Sudah jadi pengetahuan umum bahwa tumbuhan menyerap CO2 atau karbon dioksida untuk membantu proses fotosintesis.
Karbon dioksida digunakan untuk mendapatkan energi, kemudian mengubahnya dalam bentuk gugus gula dan oksigen.
Sebuah narasi di media sosial mengambil teori itu, kemudian menyimpulkan bahwa semakin banyak CO2 maka semakin baik untuk tumbuhan.
Salah satunya seperti yang ditulis akun Facebook ini pada 5 Januari 2023.
"CO2 adalah sumber dari segalanya. Tumbuhan mengkonsumsi untuk membuat oksigen bagi kita. Semakin banyak CO2 semakin baik untuk HIDUP. Perhatikan saja pertambahan populasi. Semakin banyak CO2 semakin banyak kehidupan di Bumi. Berkorelasi langsung. Apa yang mereka benci CO2 dan apa yang harus dihilangkan untuk depopulasi," tulisnya dalam terjemahan bahasa Indonesia.
Narasi lain ditemukan di akun Facebook ini pada 15 Agustus 2022.
Seorang pria berfoto sambil menunjukkan perkembangan sebuah pohon. Pada teksnya disebut bahwa semakin banyak karbon dioksida, maka baik untuk tumbuhan.
Lantas benarkah teori tersebut? Apakah semakin banyak karbon dioksida berdampak baik bagi tanaman atau sebaliknya?
Dilansir USA Today, Jumat (3/2/2023), karbon dioksida memang terbukti meningkatkan pertumbuhan tanaman. Akan tetapi ada batasnya.
Efek kelebihan karbon dioksida, seperti pemanasan global, pada akhirnya lebih merugikan tumbuhan daripada membantu berkembang.
Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Elsevier GmbH pada 2015, menggambarkan bahwa tumbuhan menjadi lebih lebat dengan sedikit karbon dioksida tambahan, baik dalam pengaturan yang terkendali maupun di lingkungan alami.
Namun, ada batas seberapa jauh pertumbuhan tersebut dapat berlangsung. Hal ini terbukti pada tanaman padi.
Penelitian lain yang diterbitkan jurnal Science Advances pada 2018, mengungkapkan fakta bahwa kelebihan karbon dioksida justru mengurangi nilai gizi pada beras.
Tumbuhan padi yang terkena peningkatan konsentrasi karbon dioksida akan menghasilkan beras yang kurang bernutrisi. Karbon dioksida dapat mengubah kandungan protein, mikronutrien, hingga vitamin dalam beras.
Profesor ekologi Universitas Nevada, Scott Allen menjelaskan bahwa tumbuhan awalnya berkembang lebih besar dengan peningkatan kadar karbon dioksida, tetapi secara substansial terganggu ketika jumlahnya terus meningkat.
Hal senada juga disampaikan oleh ahli ekologi Universitas Texas, Anthony Darrouzet-Nardi. Menurutnya, faktor-faktor seperti ketersediaan air, cahaya, dan nutrisi mempengaruhi berapa banyak karbon dioksida yang dapat diserap tumbuhan.
Ia mengatakan, kelebihan karbon dioksida berdampak negatif pada tumbuhan dengan berkontribusi pada efek gas rumah kaca dan pemanasan global.
"(Itu) menaikkan suhu dan berpotensi mengubah cuaca," kata Darrouzet-Nardi.
Suhu panas di Bumi yang ditimbulkan oleh kelebihan karbon dioksida justru berdampak buruk bagi tanaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.