KOMPAS.com - Video pantauan Gunung Merapi pada Selasa (24/1/2023) sekitar pukul 01.24 WIB menampilkan cahaya yang melintas di atas gunung tersebut.
Di Twitter, cahaya yang melintas itu diklaim sebagai unidentified flying object (UFO) atau benda langit tak dikenal.
#KabarUFO Penampakan UFO di atas Gunung Merapi, 24 Januari 2023, pukul 01:25 WIB.
Lokasi pengamatan: desa Kemirikebo (9 km dari gunung).
Sumber: Frekom Tagana, Yogyakarta.
FYI, gunung berapi aktif di seluruh dunia adalah hotspots penampakan UFO.pic.twitter.com/B88VrdBRmH
— KabarUFO (@kabarufo) January 25, 2023
Lantas, benarkah cahaya di atas Gunung Merapi itu adalah UFO?
Video berdurasi 30 detik yang beredar di Twitter itu bukan hasil rekayasa. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso membenarkan bahwa ada cahaya yang melintas di atas Gunung Merapi.
"Sehubungan dengan beredarnya video tersebut, dapat kami sampaikan bahwa kamera CCTV Badan Geologi yang berada di Pos Jrakah (sisi barat) Gunung Merapi sempat merekam fenomena ini pada tanggal 24 Januari 2023 pukul 01.30 WIB," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (26/1/2023).
Kendati demikian, baik BPPTKG maupun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tidak memiliki kapabilitas untuk mengidentifikasi benda langit tersebut.
Sejauh ini, Gunung Merapi memiliki aktivitas vulkanik yang cukup tinggi dan statusnya masih Siaga.
"Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, tidak panik, dan selalu mengikuti informasi dari sumber yang tepercaya," pungkas Agus.
Peneliti Pusat Sains Antariksa (Pusainsa) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang, memberikan penjelasan soal benda langit yang melintas di Gunung Merapi.
"Munculnya cahaya putih di atas Gunung Merapi pada 24 Januari 2023 dini hari itu besar kemungkinan adalah satelit FalconSAT-3 yang mengalami atmospheric reentry," jelas Andi kepada Kompas.com, Kamis (26/1/2023).
Atmospheric reentry yakni satelit itu sudah tidak aktif kemudian jatuh ke permukaan Bumi. Andi menyampaikan, dari pantauan seluruh badan antariksa di dunia, satelit ini awalnya diperkirakan akan jatuh kembali ke Bumi pada 21 Januari 2023.
"Akan tetapi, satelit usang ini masih terpantau mengorbit Bumi dengan ketinggian yang semakin rendah," tutur Andi.
Diperkirakan pada 24 Januari 2023 pukul 01.23 WIB, satelit ini memasuki ketinggian sekitar 138 kilometer dan mulai jatuh ke Bumi secara perlahan. Kelajuannya antara 40-50 km per detik atau sekitar 144.000 hingga 180.000 km per jam.
Satelit ini berada di atas perairan timur Laut Madagaskar, dekat Samudra Hindia. Adapun titik jatuhnya diperkirakan berlokasi di sekitar Samudra Hindia.
"Dari Pulau Jawa, secara kebetulan terekam oleh radar Gunung Merapi dari PVMBG. Terlihat setitik cahaya dari arah timur laut ke barat daya dan hasilnya cocok dengan perkiraan orbit dari satelit FalconSAT-3 ini," terang Andi.
Andi berpendapat agar satelit usang tersebut segera diamankan sehingga lautan yang terdampak tetap aman dan tidak tercemar pecahan satelit.
"Dan juga bisa dibawa kembali ke negara asalnya, Amerika Serikat, untuk dilakukan riset," ucapnya.
Riset perlu dilakukan agar ketika satelit usang kembali ke atmosfer Bumi tidak membawa dampak yang mengancam lingkungan hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.