KOMPAS.com - Hampir dua pertiga spesies hiu dan pari yang hidup di antara terumbu karang seluruh dunia terancam punah, menurut studi terbaru di jurnal Nature Communication.
Jurnal yang dipublikasikan pada Selasa (17/1/2023) itu mengidentifikasi, sebanyak 79 dari 134 spesies hiu dan pari yang hidup di antara terumbu karang termasuk ke dalam kategori terancam di Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature).
Penangkapan ikan yang berlebihan atau overfishing disebut sebagai penyebab terbesar penurunan populasi hiu dan pari, diikuti oleh perubahan iklim, dan degradasi habitat.
Menurut studi tersebut, penurunan populasi telah terjadi selama lebih dari setengah abad, dengan penurunan terbesar terjadi sebelum tahun 2005.
Penulis studi tersebut, Samantha Sherman dari Universitas Simon Fraser Kanada dan kelompok konservasi satwa TRAFFIC International, mengatakan, hiu dan pari memiliki peran penting dalam ekosistem terumbu karang yang tidak dapat diisi oleh spesies lain.
Akan tetapi, kelangsungan hidup mereka kini berada di bawah ancaman serius.
"Agak mengejutkan betapa tingginya tingkat ancaman bagi spesies-spesies ini. Banyak spesies yang kita anggap umum, menurun (populasinya) pada tingkat yang mengkhawatirkan dan menjadi lebih sulit ditemukan di beberapa tempat," kata Sherman kepada AFP.
Sherman mengatakan, ancaman terbesar bagi hiu dan pari sejauh ini adalah overfishing. Hiu paling terancam di Atlantik Barat dan sebagian Samudra Hindia, sedangkan Samudra Hindia dan Asia Tenggara adalah kawasan dengan risiko tertinggi bagi pari.
Menurut Sherman, terdapat banyak penangkapan ikan di wilayah-wilayah tersebut, tetapi tidak ada pengelolaan untuk mengurangi dampak pada hiu dan pari.
Pada 2022, negara-negara yang hadir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah menyetujui rencana untuk melindungi lusinan spesies hiu dan pari.
Dalam konferensi itu, para peserta sepakat menambahkan 21 spesies terumbu karang selain 18 spesies yang sudah tercakup dalam peraturan perlindungan.
Sherman mengatakan, kesepakatan itu adalah langkah ke arah yang benar, tetapi diperlukan upaya global untuk meningkatkan implementasinya.
“Solusinya serupa untuk hiu dan pari – pembatasan penangkapan ikan, Kawasan Konservasi Laut yang ditempatkan dengan baik dan diterapkan dengan benar, dan solusi mata pencarian alternatif untuk mengurangi jumlah nelayan di terumbu karang,” kata Sherman.
Perubahan iklim yang didorong oleh aktivitas manusia telah memicu kerusakan massal terumbu karang seiring dengan peningkatan suhu lautan.
Penelitian telah menunjukkan, meskipun target menahan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius tercapai, namun 99 persen terumbu karang dunia tidak akan dapat pulih.
Apabila pemanasan mencapai dua derajat, jumlahnya naik menjadi 100 persen.
Menurut Sherman, di sinilah spesies hiu dan pari yang hidup di antara terumbu karang memainkan peran pentingnya.
"Kita tahu kesehatan terumbu karang menurun, sebagian besar karena perubahan iklim, namun hiu dan pari yang hidup di antara terumbu karang dapat membantu menjaga terumbu karang untuk lebih sehat dalam waktu lebih lama," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.