Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlindungan Data Pribadi Akan Jadi Perhatian pada Pemilu 2024

Kompas.com - 01/12/2022, 18:31 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menjamin perlindungan data pribadi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Hal ini disampaikan Komisioner KPU Betty Epsilon Idroos dalam sesi talkshow Indonesia Fact Checking Summit, pada Rabu (30/11/2022).

"Jadi nanti cara kami tetap menyampaikan kepada publik secara terbuka, tetapi komponen-komponen perlindungan data pribadi akan menjadi perhatian," ujar Betty.

Baca juga: Strategi Efektif Cegah Hoaks Perlu Disiapkan Jelang Pemilu 2024

Sebelumnya, pada 17 Oktober 2022, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP).

Dengan demikian, KPU memiliki tanggung jawab dalam menjaga keamanan data pribadi pemilih, termasuk nama lengkap hingga nomor induk kependudukan (NIK).

"Sekarang itu kan sudah ada UU 27 Tahun 2022, terkait perlindungan data pribadi, sehingga nanti ke depan untuk data pemilih, kami sudah tidak bisa lagi menyiarkan NIK," kata Betty.

Ia mencontohkan beberapa kejadian pada 2019, di mana ada beberapa data pemilih yang ditampilkan sebagian NIK tetapi tanggal lahirnya tetap tertera.

"Itu kan sama saja sebenarnya, karena komponen NIK ada di situ," pungkas Betty.

Baca juga: Berkaca dari Pemilu Filipina 2022, Upaya Reinterpretasi Sejarah Perlu Jadi Perhatian Serius

Dengan menjamin keamanan data pribadi, diharapkan muncul kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pemilu.

Betty menekankan pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggara pemilu, sebab tanpa adanya rasa percaya maka akan timbul berbagai persoalan.

Ia mencontohkan kerusuhan di Amerika Serikat, tepatnya di Gedung Capitol, setelah kekalahan Donald Trump. Kemudian, serangkaian demonstrasi di Indonesia pasca-Pemilu 2019.

Betty menilai, konflik dapat terjadi karena ketidaktahuan masyarakat terkait tahapan pemilu, hingga hilangnya rasa percaya terhadap penyelenggara pemilu.

"Tentu dampaknya akan sangat panjang, karena bicara tentang delegitimasi terhadap hasil, orang bertanya apa yang terjadi, apa yang diagendakan penyelenggara, dan seterusnya," tutur Betty.

Baca juga: Keberadaan Lembaga Perlindungan Data Pribadi Dinilai Semakin Mendesak

Selain itu, Betty berharap ada kolaborasi berbagai pihak dalam mencegah penyebaran hoaks politik.

Ia mengatakan, perbedaan pendapat lumrah terjadi, namun tiap pemilih seharusnya mendukung berdasarkan visi misi, bukan karena sentimen tertentu.

"Kami sebagai penyelenggara, itu di luar kemampuan kita untuk bisa menghadang ini sendiri, harus sama-sama," imbuh Betty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Risiko Anemia Aplastik pada Obat Sakit Kepala

[KLARIFIKASI] Penjelasan soal Risiko Anemia Aplastik pada Obat Sakit Kepala

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] WEF Bantah Kabar Klaus Schwab Sakit Parah dan Dirawat di RS

[KLARIFIKASI] WEF Bantah Kabar Klaus Schwab Sakit Parah dan Dirawat di RS

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

[HOAKS] Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

Hoaks atau Fakta
'Me at The Zoo', Kilas Balik Video Pertama di YouTube

"Me at The Zoo", Kilas Balik Video Pertama di YouTube

Sejarah dan Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com