KOMPAS.com - Dalam Indonesia Fact Checking Summit 2022, kolaborasi CekFakta.com menyadari bahwa hingga kini belum ada pelacakan produsen hoaks di Indonesia.
Kolaborasi yang digawangi oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ini, selama ini telah banyak melakukan debunking.
Debunking yang dimaksud merupakan langkah menerbitkan artikel-artikel sanggahan terhadap sebaran hoaks di media sosial.
Sementara, langkah untuk melacak sumber hoaks itu sendiri belum banyak dilakukan.
"Kita selama ini tidak pernah bisa men-trace sampai ke ujung, siapa produsen disinformasinya," ujar Sekretaris Jenderal AMSI, Wahyu Dhyatmika dalam sesi talkshow, Rabu (30/11/2022).
Pria yang akrab disapa Komang itu menilai, ada banyak celah ketika pemeriksa fakta hanya berfokus pada debunking saja, terutama di masa-masa pemiilihan umum (pemilu).
"Kita belum banyak tahu bagaiaman artikel-artikel cek fakta itu diterima oleh publik, sejauh mana disemenasinya, sejauh mana mengubah persepsi," ucapnya.
Ambil contoh Pemilu Filipina di tahun ini yang tak lepas dari banjirnya informasi palsu di media sosial.
Pada 8 Mei 2022, BBC menerbitkan laporan tentang seseorang yang dibayar untuk membuat dan menyebar hoaks politik.
Produsen hoaks ini mengelola ratusan halaman Facebook dan profil palsu untuk kliennya, yakni gubernur, anggota kongres, hingga wali kota.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.