Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Pesan berantai mengenai Covid-19 subvarian Omicron XBB beredar di media sosial.
Subvarian itu disebut lima kali lebih beracun dari varian Delta, menyebabkan tingkat kematian lebih tinggi, hingga tidak memiliki gejala yang jelas.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Pesan berantai soal Covid-19 subvarian Omicron XBB lebih beracun dari varian Delta, disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.
Akun tersebut menyebutkan bahwa informasi ini didapat dari Singapura. Pesan itu memaparkan beberapa gejala yang tidak muncul, hingga gejala yang banyak ditemukan.
Disebutkan bahwa subvarian Omicron XBB tidak menimbulkan gejala batuk atau demam.
Berikut penggalan narasi yang ditulis pada Sabtu (5/11/2022):
Tentu saja, COVID-Omicron XBB 5 kali lebih beracun daripada varian Delta dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Delta.
Dibutuhkan waktu yang lebih singkat untuk kondisi mencapai tingkat keparahan yang ekstrim, dan kadang-kadang tidak ada gejala yang jelas.
Mari lebih berhati-hati... !!!
Pemberitaan Kompas.com pada Sabtu (5/11/2022), memaparkan mengenai gejala Covid-19 akibat subvarian Omicron XBB. Gejala yang muncul yakni batuk, sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyampaikan, meski omicron XBB lebih cepat menular, tetapi tidak lebih berbahaya dibandingkan varian Covid-19 sebelumnya.
"Karakteristik varian XBB itu tingkat keparahannya tidak seberat dari varian sebelumnya. Angka kematian maupun hospitality tidak tinggi," kata Syahril, Jumat (4/11/2022).
Varian manapun dapat mematikan apabila dialami kelompok berisiko, terutama yang memiliki komorbid kronis.
Adapun Kementerian Kesehatan Singapura juga menyatakan, belum ada bukti ilmiah yang menunjukan Omicron XBB lebih berbahaya dibandingkan varian sebelumnya.
“Data lokal kami menunjukkan, kasus XBB diperkirakan memiliki risiko rawat inap 30 persen lebih rendah dibandingkan Omicron varian BA.5. Selain itu, tidak ada peningkatkan kematian selama XBB merebak,” dikutip dari keterangan pers pada 14 Oktober 2022.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, berdasarkan bukti yang ada, sejauh ini subvarian Omicron XBB tidak menunjukkan perbedaan gejala yang substansial.
“Sementara studi lebih lanjut diperlukan, data saat ini tidak menunjukkan adanya perbedaan substansial dalam tingkat keparahan penyakit untuk infeksi XBB. Namun, ada bukti awal yang menunjukkan risiko infeksi ulang yang lebih tinggi, dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang beredar," tulis WHO pada 27 October 2022.
Pesan berantai soal subvarian Omicron XBB lebih beracun atau mematikan hingga menimbulkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari varian Delta adalah hoaks.
Berdasarkan bukti yang ada sejauh ini, varian tersebut tidak menunjukkan perbedaan substansial, baik mengenai keparahan penyakit hingga risiko kematian.
Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan bahwa subvarian Omicron XBB memiliki risiko rawat inap 30 persen lebih rendah dibandingkan Omicron varian BA.5.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.