Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Delima Merah di Dusun Merak Butuh Dukungan Pemerintah

Kompas.com - 03/11/2022, 13:37 WIB
Ahmad Suudi,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Delima merah menjadi salah satu potensi agrobisnis di Dusun Merak, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Tidak sulit menemukan kebun delima merah di dusun yang terletak dalam kawasan Taman Nasional (TN) Baluran itu.

Sepanjang jalan kampung yang masih berupa tanah, terhampar perkebunan delima merah di kiri dan kanan. Salah satu area kebun itu dikelola oleh Iwan Purwanto.

Petani berusia 27 tahun itu mengelola kebun delima merah seluas seperempat hektare. Dia melanjutkan usaha mertuanya yang memiliki hak guna usaha perkebunan di atas lahan milik TN Baluran.

Iwan memiliki sekitar 250 pohon delima yang ditanam pada 2016. Empat tahun kemudian kebunnya mulai menghasilkan dan terus berbuah.

"Dulu buahnya beli di Mal Jember, lalu dijadikan bibit. Makanya ada yang beda-beda jenisnya, warna kulitnya ada yang merah, kuning, cokelat. Tapi semuanya delima merah," kata Iwan, saat ditemui Kompas.com, Senin (24/10/2022).

Iwan berniat untuk mengekspor hasil perkebunannya, namun ukuran delima yang dihasilkan kurang besar, kalah dengan delima asal India.

Menurut dia, empat atau lima buah delima India bobotnya bisa mencapai 1 kilogram. Sementara satu kilogram delima dari kebunnya terdiri dari tujuh buah.

Hasil panennya juga ditargetkan bisa masuk pasar Bali sebagai pengganti apel ketika ada kekurangan pasokan.

Namun setelah beberapa tahun, malah muncul penyakit di kebun. Penyakit ini membuat kulit delima berbintik sehingga tampak kotor dan membusuk.

Meski delima tetap bisa dikonsumsi, permasalahan itu menghalangi rencana Iwan untuk merambah pasar di Bali atau mengekspor.

Segala upaya telah dilakukan, termasuk memberikan pupuk urea dan obat semprot hama. Kendati demikian hasilnya belum signifikan.

Iwan Purwanto beraktivitas di kebun delima milik keluarganya di Dusun Merak, dalam Taman Nasional (TN) Baluran, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Senin (24/10/2022).KOMPAS.COM/AHMAD SU'UDI Iwan Purwanto beraktivitas di kebun delima milik keluarganya di Dusun Merak, dalam Taman Nasional (TN) Baluran, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Senin (24/10/2022).

Saat ini, Iwan berusaha menjual hasil panen harian secara daring dengan memanfaatkan platform e-dagang atau marketplace.

Satu kilogram delima merah dari kebunnya dijual dengan harga Rp 25.000 sampai Rp 30.000.

"Orang kulakan (membeli dalam jumalah banyak untuk dijual kembali) ke saya, sama dia dijual lewat online. Jumlahnya 20 sampai 25 kilogram per minggu. Biasanya dipakai untuk obat sama yang beli," kata pria asal Jember itu.

Iwan pun berharap bisa mendapatkan pengetahuan soal budidaya delima agar hasil panennya bisa berukuran lebih besar dan bebas dari penyakit.

Iwan dan belasan petani lainnya di Dusun Merak tetap berkeinginan untuk dapat mengekspor delima merah serta memperluas pasar. 

Tingkat keasaman terlalu tinggi

Terkait persoalan itu, sejumlah mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Jember (Unej) telah melakukan penelitian di kebun delima Kampung Merak.

Kepada Kompas.com, Dosen Biologi Unej, Rudju Winarsa mengatakan, kondisi lahan sangat berpengaruh pada kualitas dan kesehatan buah yang dihasilkan kebun.

Menurutnya tingkat keasaman lahan perkebunan terlalu tinggi untuk pohon delima sehingga muncul penyakit pada akar, dahan, batang, sampai buah.

Hal itu menyebabkan mudah tumbuh jamur yang juga disebar serangga, terutama jamur busuk akar dan jamur buah yang dampaknya paling merusak.

Masalah itu bisa ditangani dengan penyiraman yang cukup, menambah kadar pH dan mengurangi keasaman tanah, serta pembasmian jamur dengan fungisida.

"Itu karen pH-nya asam, tanah kesukaan jamur kan yang lebih asam dari bakteri. Sehingga (kalau pH-nya) dinaikkan sedikit, dia nggak suka hidup di situ," kata Rudju, saat dihubungi, Rabu (2/11/2022).

Dilansir dari situs Kementerian Pertanian (Kementan), delima atau P. granatum L. merupakan jenis tanaman sub tropis.

Kawasan tumbuhnya beriklim agak kering sampai kering, seperti di daerah asalnya, yakni Persia dan sekitarnya. Sebaran tanaman ini berada di wilayah beraktegori primer, sekunder, dan tersier.

Kawasan yang masuk primer ialah Timur Tengah yang meliputi Iran, Afganistan dan sekitarnya. Pusat penyebaran dan diversitas sekunder meliputi Mediterania dan Asia Timur yang menyebarkannya lebih luas ke Eropa dan Asia.

Asia dan Eropa menghasilkan 90 persen jumlah panen delima di dunia. Kemudian Afrika Utara 9 persen dan Amerika 1 persen, di mana keduanya merupakan wilayah sebaran tersier.

Iwan Purwanto beraktivitas di kebun delima milik keluarganya di Dusun Merak, dalam Taman Nasional (TN) Baluran, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Senin (24/10/2022).KOMPAS.COM/AHMAD SU'UDI Iwan Purwanto beraktivitas di kebun delima milik keluarganya di Dusun Merak, dalam Taman Nasional (TN) Baluran, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Senin (24/10/2022).

Delima dikenal kaya akan nutrisi yang mendukung kesehatan tubuh manusia, seperti asam organik serta senyawa antioksidan, seperti kelompok senyawa ellagiatannin dan gallotannin, asam ellagik dan derivatnya, catecin dan procyanidin, kelompok antocyanin dan antocyanidin, juga kelompok fenolik berupa asam benzene dekarbosilat, asam benzoate, dan asam propinonat.

Di Indonesia, belum ada data akurat mengenai luasan lahan dan hasil panen kebun delima. Pohon delima pada umumnya masih dianggap sebagai tanaman pekarangan dan belum dibudidayakan dalam skala besar.

Mengingat langkanya pembudidaya delima di tanah air, Rudju pun menganggap perkebunan delima Dusun Merak layak mendapatkan perhatian pemerintah.

Apalagi, sudah terbentuk komunitas petani delima yang menanam hingga 7.500 pohon di sana. Menurutnya, komunitas itu satu-satunya yang ada di Indonesia.

Dia menjelaskan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, juga terdapat seorang petani delima. Namun belum terbentuk komunitas dan ukuran buahnya lebih kecil dari hasil panen di Dusun Merak.

Rudju menuturkan, pemerintah bisa membantu dengan menata lahan perkebunan agar mendukung stabilnya kadar PH tanah dalam porsi yang ideal. Selain itu, perlu adanya dukungan terkait pemupukan dan pengobatan pembasmi hama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com