KOMPAS.com - Pada 4 Juli 1927, lahir salah satu partai politik tertua di Indonesia. Partai itu kelak dikenal sebagai Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipelopori Soekarno.
Namun, sebelum berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia pada 1928, organisasi tersebut bernama Perserikatan Nasional Indonesia.
PNI dibentuk sebagai wadah perjuang kemerdekaan Indonesia melalui jalur politik.
Saat itu, Soekarno melihat bahwa Belanda sedang dalam kondisi yang lemah seusai peperangan. Selain itu, juga terjadi chaos (kekacauan) di sejumlah negara yang berdekatan dengan Belanda.
Momen itu pun tidak disiasiakan Soekarno. Didukung enam orang kawan dari Algemeene Studieclub, Soekarno mendirikan PNI. Soekarno menyadari pada 1927 Indonesia tidak mempunyai satu pun partai kuat, setelah pecahnya Sarekat Islam (SI).
"Kami tidak mempunyai satu partai pun yang kuat. Sarekat Islam pecah dua. Pak Tjokro tetap memegang kendali dari bagian yang sudah lemah, sedang bagian yang lain mengubah namanya menjadi Sarekat Rakyat," kata Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1966).
Baca juga: Kisah Kawin Gantung Soekarno-Siti Oetari, dan Senyum di Wajah Tjokroaminoto
Secara terang-terangan, Soekarno menyebutkan kepada masyarakat luas bahwa tujuan utama didirikannya PNI adalah kemerdekaan.
Soekarno bertekad bahwa perjuangan menuju kemerdekaan tidak perlu lagi secara sembunyi-sembunyi seperti organisasi sebelumnya.
"Denganku, tidak ada yang perlu disembunyikan, tanpa tedeng aling-aling," ujar Soekarno.
Ketenaran Soekarno saat itu pun membuat PNI tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan pengikut.
Meskipun massa rakyat banyak yang mendengarkan Soekarno, namun ada pula yang beranggapan bahwa keputusan Soekarno terlalu cepat atau gegabah. Karena, ada juga penilaian yang menganggap Indonesia belum siap untuk merdeka.
Baca juga: Ketika Soekarno Belikan Beha untuk Istrinya di AS, Cerita yang Menuai Kontroversi