KOMPAS.com - George Orwell (1903-1950) merupakan seorang novelis yang terkenal dengan sejumlah karya, seperti fabelnya yang berjudul Animal Farm (1945), juga karya fenomenalnya 1984 (terbit tahun1949).
Dilansir dari Britannica.com, Orwell yang berasal dari keluarga pegawai Kerajaan Inggris yang patuh, tumbuh menjadi individu yang memberontak pada batasan ras dan kasta sosial,
Keresahan-keresahan itu kemudian dia tuangkan dalam karya-karya prosa, yang membuatnya menjadi seorang penulis seperti yang dicita-citakan sejak kecil.
Perlawanannya berkembang menyasar bentuk-bentuk pemerintahan totalitarian yang berkuasa penuh dan tidak memberikan kesempatan untuk kritik dan protes.
Tak hanya melalui tulisan, perlawanan itu dia lakukan, juga berkaitan dengan kehidupan pribadinya, hingga ikut berperang menolak komunisme di Barcelona, Spanyol, sekitar 1937.
Baca juga: Mengenang WR Supratman, Pahlawan yang Berjuang Melalui Musik
Orwell lahir dengan nama Eric Arthur Blair dalam sebuah keluarga bangsawan yang miskin, di Kota Motihari, Negara Bagian Bengal, India, pada tanggal 25 Juni 1903, atau 119 tahun yang lalu.
Ayahnya seorang pejabat kecil dari Kerajaan Inggris yang ditempatkan di kedinasan sipil di India. Ibunya keturunan keluarga Perancis yang gagal berbisnis kayu jati di Burma (sekarang Myanmar).
Saat kembali ke Inggris, Orwell mulai bersekolah tahun 1911 dan meraih beasiswa sekolah persiapan elit Eton dengan teman-teman dari keluarga berstatus sosial tinggi dan kaya.
Setelah menyelesaikan studinya, ia bertugas sebagai polisi pengawas di Burma dan mulai menghayati bagaimana sebetulnya orang-orang di sana tidak ingin diperintah Kerajaan Inggris.
Orwell pun merasa malu menjadi bagian pemerintah kolonial yang sebetulnya tidak diinginkan hadir di sana. Teringat akan keinginannya menjadi penulis, maka ia pun mulai menulis tentang keresahan hatinya.
Baca juga: 20 Juni 1975: Jaws Tayang Perdana dan Ubah Lanskap Film Blockbuster
Di sana dia menghasilkan tiga buku, sebuah novel berjudul Burmese Days, otobiografi berjudul Shooting an Elephant dan prosa eksposisi klasik bertajuk A Hanging.
Rasa bersalah dalam dirinya terus bergejolak hingga saat cuti di Inggris, dia enggan kembali ke Burma, mengundurkan diri, lalu menjajal bentuk kehidupan yang lain.