Sharp mengatakan, angka kematian dan cedera diambil langsung dari berita utama yang dikumpulkan selama setahun terakhir dan mengirimkan beberapa contoh.
Salah satu contoh dari Sharp adalah Gilbert Kwemoi, pelari jarak menengah peraih medali emas dari Kenya yang pingsan di rumahnya dan meninggal pada Agustus 2021.
Tidak ada laporan tentang kematiannya yang menunjukkan apakah dia divaksinasi Covid-19 atau apakah kematiannya disebabkan serangan jantung.
Saudaranya mengatakan, Kwemoi telah jatuh sakit di sebuah kamp pelatihan.
Contoh lainnya adalah jatuhnya pemain sepak bola Denmark, Christian Eriksen.
Namun menurut direktur timnya, Eriksen tidak divaksinasi Covid-19 ketika ia mengalami serangan jantung saat pertandingan pada Juni 2021.
Klaim bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan komplikasi jantung dan memicu SADS dibantah oleh Matthew Martinez, ahli jantung olahraga yang bekerja dengan National Football League, National Basketball Association, National Hockey League, dan Major League Soccer.
"Sampai saat ini, saya tidak mengetahui satu pun komplikasi jantung terkait vaksin COVID dalam olahraga profesional," kata Martinez.
Dr. Michael J. Ackerman, direktur Long QT Syndrome Clinic dan profesor kedokteran, pediatri dan farmakologi molekuler di Mayo Clinic College of Medicine mengatakan, tidak ada peningkatan kejadian SADS di antara pasien yang sudah divaksinasi.
"Selama dua tahun pandemi, tidak ada indikasi peningkatan kematian akibat kondisi ini," kata Ackerman.
Studi dan ulasan ilmiah tidak menemukan hubungan antara vaksinasi dan kematian mendadak atau SADS.
Pakar kesehatan mengatakan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa salah satu vaksin Covid-19 menyebabkan orang mengalami kematian mendadak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.